PENGARUH LATIHAN NAIK TURUN TANGGA DENGAN BEBAN TETAP WAKTU MENINGKAT TERHADAP POWER TUNGKAI PADA PEMAIN BOLA VOLI PUTRA USIA 16-19 TAHUN KLUB PATRIOT SEMARANG TAHUN 2011

Ali Zaenal, 2011. Pengaruh Latihan Naik Turun Tangga dengan Beban Tetap Waktu Meningkat terhadap Power Tungkai pada Pemain Bola Voli Putra Usia 16-19 Tahun Klub Patriot Semarang Tahun 2011.

            Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : pengaruh latihan naik turun tangga dengan beban tetap waktu meningkat terhadap power tungkai pada pemain bola voli putri usia 16-19 tahun klub patriot Semarang tahun 2011.
            Metode penelitian dalam penelitian ini yaitu Populasinya adalah pemain bola voli putra usia 16-19 tahun klub Patriot Semarang Tahun 2011 sebanyak 10 pemain. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan total sampling, sehingga sampel berjumlah sebanyak 10 pemain. Sampel dites awal dengan menggunakan tes vertical jump, dan tes repetisi maksimum (RM) naik tangga yang nantinya akan digunakan sebagai acuan pembuatan program latihan. Rancangan penelitian dalam penelitian ini adalah :  “One Group Pretest Posttest design”, yaitu eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding. Eksperimen yang di berikan yaitu latihan naik tangga sesuai program yang telah dibuat berdasarkan tes awal RM naik tangga. Perlakuan dilakukan sebanyak 17 kali pertemuan, kemudian dilaksanakan tes akhir, hasil tes akhir tersebut kemudian dibandingkan dengan analisis perhitungan statistik dengan t-test.
            Hasil penelitian, berdasarkan hasil uji t diperoleh harga t hitung sebesar = 15.243. Sedang t tabel pada db = 9 sebesar 2.262, dan taraf signifikansi 0.05. Sehingga diperoleh bahwa t hitung lebih besar dari t tabel (t hitung > t tabel). Dengan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif yang menyatakan ada pengaruh latihan naik tangga dengan beban tetap waktu meningkat terhadap power tungkai pada pemain bola voli putra usia 16-19 tahun klub bola voli Patriot Semarang diterima.
            Berdasarkan hasil penelitian tersebut disrankan kepada : 1) Bagi pelatih, metode latihan ini dapat digunakan sebagai salah satu latihan untuk meningkatkan power tungkai para atlet. 2) Bagi pemain bola voli klub Patriot Semarang dalam menjalankan latihan sebaiknya sesuai dengan kemampuan masing- masing individu, tidak asal gerak saja. Intensitas latihan terus ditingkatkan sampai batas maksimal. 3) Bagi peneliti lain yang tertarik dengan metode latihan ini dapat dilakukan penelitian yang sejenis tetapi berbeda sasarannya. Misalkan peningkatan power lengan.

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis percaya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak maka penulisan skripsi ini tidak dapat berjalan lancar. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
  1. Rektor Universitas Negeri Semarang, Bapak Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam penyusunan skripsi ini.
  2. Dekan FIK Universitas Negeri Semarang, Bapak Drs. Harry Pramono M.Si. Atas ijin penelitiannya guna penyelesaian skripsi ini.
  3. Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Universitas Negeri Semarang, Bapak Drs. Nasuka, M.Kes, atas petunjuk, bimbingan dan pengarahannya dengan bijaksana kepada peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.
  4. Pembimbing I Bapak Drs. Nasuka, M.Kes, dan  Pembimbing II Bapak Drs.Khomsin, M.Pd, atas bimbingan dan petunjuknya dalam penyelesaian skripsi ini.
  5. Bapak dan Ibu Dosen Staf Administri FIK Universitas Negeri Semarang atas informasi dan layanan demi terselesaikannya skripsi ini.
  6. Pelatih klub bola voli Patriot Semarang, Ibu Wiwik Sri Karyani, SH yang telah memberikan ijin penelitian serta bimbingan demi terselesaikannya skripsi ini.
  7. Rekan-rekan PKL di Klub Patriot Semarang yang telah membantu dalam penelitian..
  8. Keluarga dan sahabat-sahabatku yang telah memberikan semangat dan dorongan dalam penyusunan skripsi ini.
  9. Semua pihak yang tidak dapat peneiliti sebutkan satu persatu yang telah membantu peneliti selama penyusunan skripsi ini.
Penelitian Eksperimental terkait olahraga Bola voli

Peneliti sadar sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun kepada semua pihak.Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya dan bermanfaat bagi para pembaca pada khususnya.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
            Berdasarkan Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 Pasal 1 menyebutkan bahwa keolahragaan nasional adalah keolahragaan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai keolahragaan, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perkembangan olahraga. Adapun Tujuan dari keolahragaan nasional menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 Pasal 4 yang berbunyi “keolahragaan nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa”.
            Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani dan mental. Sesuai dengan Undang-Undang No.3 Tahun 2005 Pasal 17 mengenai ruang lingkup olahraga meliputi : 1) olahraga pendidikan, 2) olahraga rekreasi, dan 3) olahraga prestasi. Olahraga prestasi yang dimaksudkan adalah sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi diri dari olahragawan dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat bangsa. Olahraga prestasi dilaksanakan melalui proses pembinaan dan pengembangan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. Pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi dilaksanakan dan diarahkan untuk mencapai prestasi olahraga pada tingkat daerah, nasional, dan internasional.
            Salah satu bentuk upaya pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi dapat dilaksanakan dengan memperdayakan perkumpulan olahraga atau klub olahraga. Klub olahraga sendiri merupakan suatu perkumpulan yang dilakukan oleh induk cabang organisasi olahraga yang berada pada tingkat daerah, maupun tingkat pusat guna mencapai prestasi dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat bangsa.
            Bola voli adalah olahraga yang dilakukan dengan cara memvolley bola di udara melewati jaring/net agar dapat jatuh di dalam lapangan lawan untuk mencari kemenangan bermain. Memvolley dan memantulkan bola di udara harus mempergunakan bagian tubuh pinggang ke atas serta bersih pantulannya. Satu regu terdiri dari enam orang dan paling banyak dapat memainkan bola di lapangan sendiri tiga kali, dengan peraturan setiap pemain tidak diperbolehkan memainkan bola di udara dua kali berturut-turut (Suharno HP, 1982:4).
            Seni dalam permainan bola voli  terlihat dari pemain yang sudah menguasi teknik tinggi hingga mnyerupai akrobatik dengan pukulan-pukulan dan tipu muslihat yang indah serta mempesona para penonton yang menyaksikannya. Teknik adalah suatu proses melahirkan dan pembuktian dalam praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam permainan bola voli (A Sarumpaet dkk, 1992:87).
            Teknik dasar adalah cara melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk mencapai hal yang optimal (M Yunus,1992:68). Sedangkan menurut Suharno HP (1982 :11), teknik adalah suatu proses melahirkan keaktifan jasmani dan pembuktian suatu praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang permainan bola voli. Teknik dasar bermain bola voli yaitu : servis, passing, umpan (set up), smash (spike), dan bendungan (block) (M Yunus, 1992:68).    
Klub bola voli “Patriot” adalah salah satu klub bola voli yang ada di kota Semarang. Klub tersebut sudah terdaftar dalam induk organisasi bola voli Semarang yaitu Pervis. Klub bola voli ini latihannya bertempat di GOR Patriot yang masih termasuk kawasan dari Kodam Diponegoro di Jalan perintis Kemerdekaan. Klub ini diberi nama “Patriot” karena bekerja sama dengan Kodam dalam penyelenggaran latihan rutin klub yaitu di GOR Patriot.
            Asal mula klub ini bernama “Tirta Remaja” yang berdiri sejak tahun 90an di bawah naungan dinas pengairan. Klub tersebut latihannya dahulu berada di GOR Satria Semarang. Kemudian pada tahun 2000 klub ini diambil alih oleh sebuah yayasan yaitu Yadora yang di latihannya tempatkan di GOR Jatidiri Semarang, sehingga nama klub berubah menjadi “Jatidiri” karena mengikuti tempat klub berlatih tersebut. Seiring dengan pembaharuan pimpinan yayasan Yadora, klub ini merasa kurang mendapat perhatian. Hal itu bisa dilihat dari jadwal pemakaian GOR yang di minimalkan, sehingga klub merasa di rugikan. Akhirnya klub bola voli ini membubarkan diri pada tahun 2008. Setelah membubarkan diri sebagian pemain ada yang berpindah atau masuk ke klub lain, ada yang berlatih mandiri di tempat tinggal masing-masing, juga ada yang tidak berlatih sama sekali. Baru pada tahun 2009, klub ini mulai dirintis kembali melalui kerjasama dengan Kodam Diponegoro. Kemudian berdirilah kembali klub bola voli yang dahulu bernama “Jatidiri” kini berubah nama menjadi “Patriot” karena tempat berlatihnya berada di GOR Patriot. Selain itu juga sebagai wujud terimakasih kepada pihak Kodam karena telah membantu dalam hal fasilitas tempat latihan.
            Klub bola voli “Patriot” yang dilatih oleh Ibu Wiwik dan dua asistennya yaitu Bapak Jalal dan Bapak Anang berciri khas sebagai wadah pemassalan, pembibitan dan pembinaan atlet bola voli putra dan putri umur 9-19 tahun. Klub ini di golongkan menjadi dua golongan menurut usia, yaitu usia 9-15 tahun dan 16-19 tahun, baik putra maupun putri. Sekarang ini klub tersebut beranggotakan 28 anggota putra dan putri yang berusia 16-19 tahun, dan 42 putra dan putri usia 9-15 tahun. Selain itu anggota klub juga semakin banyak karena disertai dengan pemain-pemain dari kodam yang terkadang mengikuti latihan. Dilihat dari segi prestasi, klub ini sudah membanggakan yaitu dengan menjuarai kompetisi yang di selenggarakan oleh Pervis pada tahun 2004 dan 2006 yang saat itu masih bernama Jatidiri.
            Klub bola voli  “patriot” ini tergolong murah dan menjangkau masyarakat apabila dibandingkan dengan klub-klub lain se kota Semarang. Klub ini dana ditanggung sendiri, mengharapkan dari iuran peserta latihan, bantuan dana juga berasal dari pengurus, mantan pemain, para orang tua pemain, dan simpatisan yang secara sukarela tergerak hatinya. Biaya pendaftaran yaitu sebesar Rp 30.000,00 dan iuran yang dibayarkan tiap bulan yaitu sebesar Rp 20.000,00. Fasilitas yang ada dalam klub ini yaitu 22 bola, satu keranjang, dan 2 net.
            Selama satu minggu klub ini berlatih tiga kali, yaitu pada hari senin, rabu, dan jumat. Latihan dimulai pukul 16.00 s.d. 20.00 WIB. Dalam waktu tersebut dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok pertama usia 9-15 tahun putra putri  dan senior putri dan kelompok kedua untuk senior putra. Untuk kelompok pertama, latihan dimulai pukul 16.00 WIB s.d 17.30 WIB. Jadi secara serempak mereka berlatih dalam waktu bersamaan namun dipisah. Untuk usia 9-15 tahun melakukan drill fisik yaitu dengan lompat menaiki tangga masing-masing sebanyak dua kali. Setelah itu dilanjutkan dengan latihan kecepatan dengan lari sprint. Setelah drill fisik tersebut berakhir baru dilanjutkan untuk drill teknik yaitu drill passing. Drill passing dilakukan dengan cara pemain di lempar dengan bola oleh pelatih dengan berbagai variasi. Di sisi kiri, kanan depan, bahkan di belakang pemain. Setelah drill tersebut selesai baru dilanjutkan drill untuk pemain senior putri. Drill hampir sama yaitu passing dengan bola yang dilempar oleh pelatih namun tingkat pengembaliannya lebih sulit. Bola yang dilemparkan lebih keras yaitu dengan di smash, dan di beri variasi gerakan-gerakan misalkan, maju, mundur serta diving.
            Kelompok kedua atau senior putra mulai latihan pukul 17.00 WIB. Latihan di mulai dengan drill fisik terlebih dahulu. Bentuk latihan fisik yang di berikan oleh pelatih pada klub ini meliputi empat komponen kondisi fisik yaitu kecepatan, kekuatan, koordinasi, dan daya ledak. Untuk latihan kecepatan seperti biasa hanya lari sprint dari pojok ke pojok, dan terkadang juga di akhiri dengan diving. Untuk latihan kekuatan yaitu sasarannya perut, punggung, dan lengan. Untuk perut dan punggung dengan back up dan sit up. Untuk daya ledak bersasaran pada tungkai dengan cara melompat dari tribun bawah sampai atas dilakukan 2 set dan 30 repetisi. Latihan yang di berikan kepada pemain pada dasarnya sama, tidak di dasarkan pada kemampuan. Jadi terdapat pemain yang merasa terlalu mudah, atau terlalu sulit.
            Drill selnjutnya adalah smash. Smash adalah pukulan yang utama dalam penyerangan dalam usaha mencapai kemenangan. Untuk mencapai keberhasilan yang gemilang dalam melakukan smash ini diperlukan raihan yang tinggi dan kemampuan meloncat yang tinggi (M Yunus, 1992:108).
            Pelatih  melakukan drill smash diawali dengan smash tiga meter atau dari belakang garis serang kepada para pemainnya. Umpan dilakukan dengan cara dilempar oleh pelatih. Umpan yang diberikan terkadang dilakuakan variasi asalnya. Yaitu misalkan dari samping, dari posisi 2, dari posisi 4, bahkan juga dari seberang net. Selanjutnya smash antara, yaitu smash yang umpannya di tengah-tengah antara garis serang dan garis tengah lapangan. Untuk umpan masih dilempar oleh pelatih. Drill selanjutnya yaitu smash sesuai spesifikasi masing-masing pemain, mulai dari smash normal, smash semi, smash semi jalan, dan smash pull. Drill ini dilakukan dua tahap, yaitu tahap pertama dengan diumpan pelatih, dan tahap ke dua dengan menggunakan setter. Drill ini lebih ditekankan kepada pemain usia 16-19 tahun. Drill tersebut dilakukan secara brulang-ulang dengan tujuan supaya pemain benar-benar bisa merasakan bagaimana melakukan smash dengan baik dan dengan memperhatikan timing yang tepat kapan harus melakukan jump dan kapan harus memukul bola. Dari drill smash yang dilakukan, didapati bahwa kondisi fisik para pemain khususnya untuk power tungkai pemain kurang, hal itu bisa di lihat saat melakukan drill smash lompatannya kurang tinggi.  Untuk bisa melakukan smash yang baik diperlukan lompatan yang tinggi atau power tungkai yang bagus.
            Dari hasil wawancara dengan Ibu Wiwik selaku pelatih klub bola voli Patriot pada hari Jumat, tanggal 4 Maret 2011, dari hasil latihan selama ini didapati dalam memberi latihan fisik hanya berdasarkan pengalaman saja, dan tidak berdasarkan pada data awal yang dimiliki oleh pemain.
            Setelah melihat kenyataan di lapangan, maka peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian guna memperoleh jawaban secara empiris, dan memberikan informasi kepada pelatih dan asisten pelatih terkait dengan program latihan fisik khususnya power tungkai pada klub bola voli patriot Semarang, tentang pengaruh latihan naik turun tangga dengan beban tetap waktu meningkat pada terhadap power tungkai pada pemain bola voli putrausia 16-19 tahun klub Patriot Semarang Tahun 2011.

1.2  RUMUSAN MASALAH
            Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka masalah penelitian ini dapat dapat dirumuskan : apakah ada pengaruh latihan naik turun tangga dengan beban tetap waktu meningkat terhadap power tungkai pada pemain bola voli putra usia 16-19 tahun klub patriot Semarang tahun 2011?

1.3  TUJUAN PENELITIAN
            Penelitian dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui : pengaruh latihan naik turun tangga dengan beban tetap waktu meningkat terhadap power tungkai pada pemain bola voli putra usia 16-19 tahun klub patriot Semarang tahun 2011.

1.4  PENEGASAN ISTILAH
            Untuk menghindari agar tidak terjadi salah penafsiran dalam memberikan pengertian yang di maksud dalam peneltian ini, maka peneliti mengemukakan penegasan istilah istilah sebagai berikut :
1.4.1        Pengaruh
            Pengaruh menurut Kamus Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Depdiknas, 2007 : 849) dapat diartikan sebagai “ daya yang ada atau timbul dari suatu benda, orang yang membentuk watak kepercayaan atau perbuatan seseorang”. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1995 : 747) adalah daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu atau orang, benda yang ada atau yang timbul dari sesuatu atau orang, benda dan sebagainya, yang berkuasa atau berkekuatan gaib dan sebagainya.
            Dari dua pendapat tentang pengaruh tersebut, pengaruh dalam pengertian ini menurut peneliti adalah sesuatu yang timbul dari bentuk latihan naik tangga dengan beban tetap dan waktu meningkat terhadap power tungkai, setelah menjalani program latihan.
1.4.2    Latihan Naik Turun Tangga dengan Beban Tetap Waktu Meningkat
            Latihan Latihan berasal dari kata “latih” yang artinya sebagai belajar dan membiasakan diri agar mampu (dapat) melakukan sesuatu (Depdiknas, 2007 : 643). Dikatakan pula oleh Harsono (1998 : 100) latihan digunakan untuk membantu atlet meningkatkan ketrampilan dan prestasinya semaksimal mungkin. Dari dua pendapat tentang latihan tersebut, latihan dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai suatu proses belajar untuk meningkatkan power tungkai dengan cara naik turun tangga.
1.4.3        Beban Tetap Waktu Meningkat
Beban yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tubuh mereka sendiri. dan waktu meningkat yang dimaksudkan adalah meningkat semakin cepat.
1.4.4        Power Tungkai
Power adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum, dengan usahanya yang dikerahkan dalam waktu sependek-pendeknya (Mochamad Sajoto,1988:58). Tungkai menurut Kamus Bahasa Indonesia (Depdiknas ,2007:1226) adalah seluruh kaki dari pangkal paha sampai tumit. Power tungkai yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kemampuan tungkai untuk melakukan loncatan setinggi-tingginya.
1.4.5        Pemain Bola Voli Putra Usia 16-19 Tahun Klub Patriot Semarang
Pemain bola voli putra usia 16-19 tahun klub Patriot Semarang adalah anggota berjenis kelamin perempuan yang masuk dan sudah terdaftar sebagai anggota putra klub Patriot Semarang dan sudah berumur antara 16-19 tahun.

1.5      Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
1.5.3        Pemain bola voli khususnya klub Patriot Semarang sebagai informasi yang dapat dijadikan sebagai informasi untuk meningkatkan power tungkai .
1.5.4        Bagi para pembina, pelatih dan asisten pelatih olahraga bola voli khususnya klub Patriot Semarang, dalam pembinaan, pelajaran atau latihan lebih banyak yang memiliki landasan dengan tuntuna metode latihan secara ilmiah.
1.5.5        Bagi peneliti lain informasi ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut

BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1 LANDASAN TEORI
2.1.1 Permainan Bola Voli
            Bola voli adalah olahraga yang dilakukan dengan cara memvolley bola di udara melewati jaring/net agar dapat jatuh di dalam lapangan lawan untuk mencari kemenangan bermain. Memvolley dan memantulkan bola di udara harus mempergunakan bagian tubuh pinggang ke atas serta bersih pantulannya. Satu regu terdiri dari enam orang dan paling banyak dapat memainkan bola di lapangan sendiri tiga kali, dengan peraturan setiap pemain tidak diperbolehkan memainkan bola di udara dua kali berturut-turut (Suharno HP, 1982:4).
            Bola voli dimainkan di atas lapangan dengan ukuran panjang 18 meter dan lebar 9 meter. Di tengah lapangan di beri net yang membagi dua panjang tersebut. Lebar jaring net 90 cm dengan ketinggian 2,4 meter bagi putra dan 2,2 meter bagi pemain putri. Masing-masing bagian lapangan permainan itu di dibagi menjadi dua daerah lagi, yaitu daerah serang sebatas 3 meter dari net, dan selebihnya sebagai daerah pertahanan bagian belakang. Para pemain berputar menurut arah jarum jam setiap permulaan servis.
            Bola yang dipakai , terbuat dari kulit lunak dengan garis lingkar antara 25-27 inchi, dengan berat 8-9 ons. Selain kostum atau pakaian team yang harus di pakai, setiap pemain mempunyai tingkat kebugaran badan yang berbeda. Dalam hal ini perlu menggunakan perlengkapan, guna mendukung penampilan dan menghindari cidera dalam bermain bola voli. Adapun perlengkapan yang dapat digunakan oleh pemain voli yaitu : deker jari, deker tangan, deker kaki, dan korset (Munasifah, 2008: 7).

2.1.2 Teknik Dasar Permainan Bola Voli
            Seni dalam permainan bola voli  terlihat dari pemain yang sudah menguasi teknik tinggi hingga mnyerupai akrobatik dengan pukulan-pukulan dan tipu muslihat yang indah serta mempesona para penonton yang menyaksikannya. Teknik adalah suatu proses melahirkan dan pembuktian dalam praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam permainan bola voli (A Sarumpaet dkk, 1992:87).
            Teknik dasar adalah cara melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk mencapai hal yang optimal (M Yunus,1992:68). Sedangkan menurut Suharno HP (1982 :11), teknik adalah suatu proses melahirkan keaktifan jasmani dan pembuktian suatu praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang permainan bola voli.
            Teknik dasar bola voli harus dipelajari terlebih dahulu guna pengembangan mutu prestasi pembinaan bola voli. Penguasaan teknik dasar bola voli merupakan salah satu unsur yang turut menentukan menang atau kalahnya suatu regu dalam permainan disamping unsur-unsur kondisi fisik dan mental (Suharno HP,1982:11). Teknik dasar tersebut harus benar-benar dikuasai terlebih dahulu, sehingga dapat mengembangkan mutu permainan. Namun keterampilan teknik saja belum dapat mengembangkan permainan untuk penguasaan teknik yang benar perlu diterapkan suatu taktik. Taktik adlah suatu siasat yang diperlukan dalam pertandingan bola voli untuk mencari kemenangan secara sportif (A Sarumpaet dkk, 1992:87). Jadi untuk dapat mengembangkan dan memenangkan suatu pertandingan diperlukan teknik dan taktik yang benar.
            Teknik dasar bermain bola voli yaitu : servis, passing, umpan (set up), smash (spike), dan bendungan (block) (M Yunus, 1992:68).
2.1.2.1 Servis
            Servis merupakan pukulan permulaan untuk memulai suatu permainan yang dilakukan dari daerah servis di belakang lapangan di bagian sebelah kanan, selebar 3 meter, dengan panjang ke belakang tidak terbatas (M Yunus, 1992:137). Sedangkan menurut Dieter Beutelstahl (1986 : 9), servis adalah sentuhan pertama dengan bola oleh pelaku servis. Pada mulanya servis ini hanya dianggap sebagai pukulan permulaan saja, cara melempar bola untuk memulai permainan. Tetapi servis ini kemudian berkembang menjadi suatu senjata yang ampuh untuk menyerang sehingga menyulitkan lawan untuk menerima bola dan menghasilkan point.
2.1.2.2 Passing
            Passing adalah mengoperkan bola kepada teman sendiri dalam satu regu dengan suatu teknik tertentu, sebagai langkah awal untuk menyusun pola serangan kepada regu lawan (M Yunus, 1992:79).
2.1.2.3 Umpan (Set Up)
            Umpan adalah menyajikan kepada teman dalam satu regu, yang kemudian diharapkan bola tersebut dapat diserangkan ke daerah lawan dalam bentuk smash (M Yunus, 1992:101). Sedangkan menurut Dieter Beutelstahl (1986 : 18),  Set Up adalah melambungkan bola sedemikian rupa sehingga teman kita mendapat kesempatan untuk men-smash bola tersebut.
2.1.2.4 Smash (Spike)
            Smash adalah pukulan yang utama dalam penyerangan dalam usaha mencapai kemenangan. Untuk mencapai keberhasilan yang gemilang dalam melakukan smash ini diperlukan raihan yang tinggi dan kemampuan meloncat yang tinggi (M Yunus, 1992:108). Untuk bisa melakukan lompatan yang tinggi, diperlukan power tungkai yang bagus.
2.1.2.5 Bendungan (Block)
            Block merupakan benteng pertahanan yang utama untuk menangkis serangan lawan (M Yunus,1992:119). Sedangkan menurut Peraturan Permainan Bola Voli Internasional (2005:29), membendung adala suatu upaya para pemain dekat net untuk menutup arah datangnya bola dari daerah lawan dengan ketinggian jangkauan lebih tinggi dari pada atas net.
2.1.3 Kondisi Fisik
            Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan, walaupun di sana sini dilakukan dengan sistem prioritas sesuai keadaan atau status tiap komponen itu dan untuk keperluan apa keadaan atau status yang dibutuhkan tersebut (M Sajoto, 1988:16).
            Sekarang telah berkembang suatu istilah yang lebih populer dari physical buil up, yaitu physical conditioning yang maksudnya adalah pemeliharaan kondisi fisik /keadaan fisik. Bahwa kondisi fisik adalah suatu persyaratan yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi olahraga atlet, bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan dasar yang tidak dapat ditunda atau ditawar-tawar  (M Sajoto, 1988:16).
            Kondisi fisik memegang peranan yang sangat penting dalam program latihannya. Program latihan kondisi fisik harus direncanakan secara baik dan sistematis dan ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh, sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Kalau kondisi fisik baik, maka :  1) Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung. 2)Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kebutuhan stamina, kecepatan dan lain-lain yang termasuk komponen kondisi fisik. 3)Akan ada gerak yang lebih baik pada waktu latihan. 4) Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan. 5) Akan ada respon yang lebih cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu respon demikian diperlukan.
Kalau faktor-faktor tersebut tidak atau kurang tercapai setelah suatu masa latihan kondisi fisik tertentu, maka hal ini berarti bahwa perencanaan dan sistematik latihan kurang sempurna. Karena sukses dalam olahraga sering menuntut keterampilan yang sempurna dalam situasi stress fisik yang tinggi, maka jelas bahwa kondisi fisik memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi atlet.
Sebelum diterjunkan ke gelanggang pertandingan, seorang atlet harus sudah berada dalam suatu kondisi fisik dan tingkatan fitness yang baik untuk menghadapi intensitas kerja dan segala macam stress yang bakal dihadapinya dalam pertandingan. Tanpa persiapan kondisi fisik yang seksama dan serius, atlet harus dilarang untuk mengikuti suatu pertandingan (Harsono, 1988:153).

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Fisik
            Kondisi fisik seseorang pada setiap saat itu tidak tetap, demikian pula pada orang yang usianya sama, jenis kelaminnya sama belum tentu kondisi fisiknya sama, karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi fisik antara lain faktor kebiasaan hidup sehat, faktor lingkungan, faktor istirahat, faktor makanan dan gizi.

2.1.4.1  Faktor Latihan
            Latihan yang dimaksud disini adalah latihan fisik, yaitukegiatan fisik menurut cara dan aturan tertentu yang mempunyai sasaran meningkatkan efisiensi tubuh, sehingga hail akhir adalah peningkatan kesegaran jasmani.
            Perkembangan kondisi fisik yang menyeluruh amatlah penting, oleh karena tanpa kondisi fisik yang baik atlet tidak akan dapat mengikuti latihan-latihan dengan sempurna. Beberapa komponen kondisi fisik yang perlu diperhatikan untuk dikembangkan adalah daya tahan kardiovaskuler, daya tahan kekuatan, kekuatan otot, kelentukan, kelincahan, power (daya ledak). Komponen tersebut adalah utama dan harus dikembangkan (M Sajoto, 1995:8).
2.1.4.2  Faktor Kebiasaan Hidup Sehat
            Kebiasaan hidup sehat menunjang agar kondisi fisik tetap terjaga. Seorang atlet harus menerapkan kebiasaan hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, meliputi : 1) Makan makanan yang mengandung gizi baik. 2) Selalu menjaga kebersihan yang meliputi : pemeliharaan kulit, kuku, rambut, mata, hidung, telinga, dan pakaian.
2.1.4.3  Faktor Lingkungan
            Lingkungan yang dimaksud adalah tempat dimana seorang itu tinggal dalam waktu yang lama, dalam hal ini menyangkut lingkungan fisik, serta lingkungan sosial melalui dari lingkungan perumahan, lingkungan kerja, tempat tinggal dan sebagainya.
            Manusia selalu hidup dan berada di suatu tempat yang dinamakan lingkungan yang baik akan dapat memberi manfaat bagi kehidupannya. Untuk itu manusia harus selalu menjaga lingkungan agar tetap bersih, karena kelalaian mengotori lingkungan atau merusak lingkungan dapat terjadi.
2.1.4.4  Faktor Istirahat
            Agar tubuh dapat manfaat dari latihan, maka atlet harus banyak istirahat, tidak hanya istirahat  diantara latihan namun juga antara sesi latihan dan istirahat antara fase latihan. Istirahat bukan berarti tidur, walaupun tidur selana 6-8 jam selama semalam dianjurkan untuk semua atlet. Istirahat juga dapat berarti hari tanpa latihan, latihan dengan intensitas rendah.
            Adaptasi fisik terhadap penekanan terjadi pada saat istirahat, karena pada waktu itu tubuh membangun persiapan untuk gerakan berikutnya. Istirahat yang cukup akan memberikan hasil maksimal. Jika terlalu giat berlatih, maka akan mengalami kelelahan atau bahkan kemunduran dalam tingkat pemantapan (Brittenham, 1998:12).

2.1.5        Komponen Kondisi Fisik
Menurut M Sajoto (1988:57-59) terdapat 10 macam komponen kondisi fisik dalam olahraga yaitu:
2.1.5.1  Kekuatan atau strenght
Kekuatan atau strenght adalah komponen kondisi fisik, yang menyangkut masalah kemampuan seorang atlet pada saat mempergunakan otot-ototnya, menerima beban dalam waktu kerja tertentu
2.1.5.2  Daya tahan atau endurance
Daya tahan atau endurance dibedakan menjadi dua golongan. Pertama adalah daya tahan otot setempat atau local endurance, adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan suatu kelompok ototnya, untuk berkontraksi terus menerus dalam waktu yang relatif cukup lama, dengan beban tertentu. Kedua adalah daya tahan umum atau cardiorespiratory endurance, adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, pernafasan, dan peredaran darahnya, secara efektif dan efisien dalam menjalankan kerja terus menerus. Yang melibatkan kontraksi sejumlah otot-otot besar, dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama.
2.1.5.3  Daya ledak otot atau muscular power
Daya ledak otot atau muscular power adalah kemampuan seseorang dalam melakukan kekuatan maksimum, dengan usahanya yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya. Dalam hal ini dapat dikemukakan bahwa, daya ledak otot atau power = kekuatan atau force X kecepatan atau Velocity (P = F x T). Seperti gerak dalam tolak peluru, lompat tinggi dan gerakan lain yang bersifat explosive.
2.1.5.4  Kecepatan atau speed
Kecepatan atau speed adalah kemampuan seseorang dalam melakukan gerakan berkesinambungan, dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Seperti gerak lari cepat atau sprint, gerak pukulan dalam tinju, gerak mengayuh pedal dalam balap sepeda, dan lain-lain. Dalam masalah kecpatan ini, ada kecepatan gerak dan kecepatan explosive.
2.1.5.5  Kelentukan atau flexibility
Kelentukan atau flexibility adalah keefektifan seseorang dalam penyesuain dirinya, untuk melakukan segala aktivitas tubuh dengan penguluran seluas-luasnya, terutama otot-otot, ligamen-ligamen di sekitar persendian.
2.1.5.6  Keseimbangan atau balance
Keseimbangan atau balance adalah kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf pada ototnya, selama melakukan gerak-gerak yang cepat, dengan perubahan letak titik-titik berat badan yang cepat pula, baik dalam keadaan statis maupun lebih-lebih dalam gerak dinamis.
2.1.5.7  Koordinasi atau coordination
     Koordinasi atau coordination adalah kemampuan seseorang dalam mengintegrasikan gerakan yang berbeda ke dalam suatu pola gerakan tunggal secara efektif. Misalnya dalam permainan tennis, seorang pemain akan kelihatan mempunyai koordinasi gerak baik, bila ia dapat bergerak ke arah bola sambil mengayun raket, kemudian memukul dengan teknik yang benar dan luwes.
2.1.5.8 Kelincahan atau agility
Kelincahan atau agility adalah kemampuan seseorang dalam merubah arah, dalam posisi-posisi di arena tertentu. Seseorang yang mampu merubah satu posisi ke posisi yang berbeda, dengan kecepatan tinggi dan koordinasi gerak yang baik, berarti kelincahnnya cukup tinggi.
2.1.5.9  Ketepatan atau accuracy
Ketepatan atau accuracy adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan gerak-gerak bebas, terhadap suatu sasaran. Sasaran dapat berupa jarak atau mungkin suatu obyek langsung yang harus dikenai. Misalnya dalam menembak, memasukkan bola ke dalam ring basket, pitchur dalam soft ball, tendangan dalam gawang, dan lain-lain.
2.1.5.10   Reaksi atau reaction
Reaksi atau reaction adalah kemampuan seseorang segera bertindak secepatnya, dalam menanggapi rangsangan-rangsangan datang lewat indera, syaraf atau feeling lainnya. Seperti dalam mengantisipasi datangnya bola, untuk kemudian ditangkap, dipukul atau ditendang. Kecepatan reaksi dalam start, dalam menghindari pukulan dalam tinju.

2.1.6    Daya Ledak
            Daya ledak atau power merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang hampir semua cabang olahraga dibutuhkan. Daya ledak dalam praktek olahraga untuk : melompat, meloncat, melempar, menendang, menembak, dan lain sebagainya. Daya ledak sangata bermanfaat bagi atlit dalam mencapai prestasi maksimal olahraga yang memerlukan daya ledak, misalnya : lompat jauh, lompat tinggi, lempar lembing, sepak bola, bolavoli, tinju, pencak dan sebagainya (Suharno HP, 1986:54).
            Banyak para ahli menguraikan tentang daya ledak, seperti Suharno HP (1986:54) daya ledak adalah kemampuan otot atau segerombolan otot untuk mengatasi tahanan beban dengan kecepatan tinggi dalam arti yang utuh. Harsono (1998:20) mengartikan sebagai kemampuan otot untuk menggerakan kekuatan maksimal dalam waktu sangat cepat. Dari M Sajoto (1995:8) diartikan daya ledak adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kemampuan maksimum dengan usaha yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya.
            Latihan daya ledak merupakan salah satu latihan yang harus diprioritaskan dalam pelaksanaan program latihan. Artinya latihan daya ledak merupakan latihan yang harus didahulukan dan memperoleh porsi latihan peningkatan unsur-unsur lainnya. Hal ini cukup beralasan karena banyak olahraga yang dapat dimainkan dengan sangat terampil apabila atlet memiliki daya ledak tinggi.
            Dari berbagai pendapat para ahli tersebut pada dasarnya mereka sepakat bahwa daya ledak itu terdiri dari dua komponen fisik yaitu kekuatan dan kecepatan. Akhirnya peneliti mendefinisikan bahwa daya ledak adalah kombinasi dari kekuatan dan kecepatan yaitu, kemampuan otot untuk menerapkan tenaga dengan kuat dan kecepatan yang tinggi dalam suatu gerakan yang utuh untuk mencapai yang diinginkan.
            Ada dua unsur dalam daya ledak yaitu kekuatan dan kecepatan, maka daya   ledak dapat ditingkatkan dengan pendekatan yang dilaksanakan dengan meningkatkan kekuatan tanpa mengabaikan kecepatan atau dengan meningkatkan kekuatan tanpa mengorbankan kecepatan. Pendek kata dengan meningkatkan kedua komponen kondisi fisik kekuatan dan kecepatan. Kekuatan dan kecepatan merupakan unsur fisik yang membentuk daya ledak yang sngat dibutuhkan oleh atlet misalnya pada nomor lompat, loncat, lempar, maupun lari.
            Daya ledak penting untuk cabang-cabang olahraga yang banyak mengerahkan tenaga yang eksplosif seperti nomor-nomor lompat dalam atletk, melempar pada soft ball, serta di dalam olahraga yang mengahruskan untuk menolak dengan kaki, seperti nomor-nomor lompat dalam atletik, sprint, voli (untuk smash), dan nomor-nomor yang ada unsur akselarasi (percepatan) seperti balap lari, balap sepeda, mendayung, renang dan sebagainya. Selain itu daya ledak juga perlu untuk memukul (tinju, soft ball, karate, dan lain-lain), menendang (pencak silat, kempo, dan lain-lain) (Harsono,1988:200).
            Individu yang mempunyai daya ledak adalah orang yang memiliki 1) a high degree muscular strength (kekuatan otot tingkat tinggi), 2) a high degree of speed (kecepatan tingkat tinggi), 3) a high degree of skill in integrating speed and muscular strength ( kekuatan mengintregasikan kekuatan dan kecepatan otot tingkat tinggi) (Harsono,1988:200).
            Daya ledak setiap atlet berbeda-beda, perbedaan itu karena adanya beberapa faktor yang dimiliki masing-masing atlet tidak sama. Faktor-faktor penentu daya ledak tersebut meliputi 1) banyak sedikitnya macam fibril otot putih (phacis) dari si atlet, 2) kekuatan otot dan kecepatn otot, 3) waktu renggang dibatasi secara konkrit lamanya, 4) koordinasi gerak yang harmons, 5) tergantung banyak sedikitnya zat kimia dalam otot (ATP) (Suharno HP,1986: 54).
            Cara pengembangan daya ledak dapat digunakan metode weight training, interval training, dan repettion training (Suharno HP, 1986:54). Sedangkan pada penelitian ini peneliti menggunakan cara pengembangan repetition training dengan repetition training dengan bebannya adalah berat badannya sendiri. Masalah-masalah yang perlu diperhatikan dalam melatih daya ledak adalah 1) untuk atlet pemula intensitas beban 10%-20% dari kemampuan maksimum repetition (MR) atau berat beban angkatan 1/3 berat badan atlet pada weight training, 2) diadakan pemanasan yang cukup untuk menghindari cidera, mengingat gerakan daya ledak serba mendadak, 3) bentuk latihan yang mengkoordinir kerja saraf otot dan indera secara berulang-ulang, 4) kombinasi gerakan kanan dan gerakan kiri (Suharno HP, 1986:55).
2.1.6.1  Latihan Daya Ledak
            Latihan adalah proses sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya (Harsono,1988:101). Sedangkan menurut Suharno HP (1986: 1) latihan adalah suatau proses mempersiapkan fisik dan mental anak latih secara sistematis untuk mencapai mutu prestasi optimal dengan diberikan beban latihan yang teratur, terarah, meningkat, dan berulang-ulang waktunya. Bertolak dari dua pengertian latihan di atas, maka peneliti dapat mendefinisikan bahwa latihan merupakan proses yang sistematis untuk meningkatkan kesiapan fisik untuk tampil bagi seseorang. Dalam latihan ini daya ledak yang digunakan adalah latihan untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai dengan bentuk latihan meloncat di tangga dengan beban tetap (tubuh sendiri) dan waktu yang meningkat semakin cepat untuk mencapai tingkatan tangga yang telah di tentukan. Dalam latihan daya ledak tidak hanya menekankan pada beban tetapi harus pula pada kecepatan mengangkat, mendorong atau menarik beban.  Karena unsur daya ledak adalah kekuatan iotot dan kecepatan dalam mengerahkan tenaga maksimal untuk mengatasi tahanan. Dalam arti bertambahnya daya ledak didasari atas bertambahnya kedua faktor tersebut yaitu kekuatan dan kecepatan.
2.1.6.2 Prinsip Dasar Latihan Daya Ledak
            Prinsip dasar latihan daya ledak pada garis besarnya adalah sebagai berikut :1) volume beban latihan dalam suatu unit latihan 4-6 set /giliran; 2) intensitasnya rendah, menengah, artinya 40%-60% dari kemampuan maksimal atau beban yang diangkat dalam geakan seberat 1/3 berat badan atlet. Pada latihan tanpa beban luar (barbel/dumbel), maka beban yang diangkat adalah berat badan atlet itu sendiri; 3) ulangan angkatan /gerakan per set/giliran tidak lebih dari 50% kemampuan maksimum repetition (MR); 4)recovery antar set/giliran satu dengan yang lain 2-3 menit; 5) irama gerakan merupakan satu gerakan yang selaras dan dinamis (Suharno HP, 1986:55).
            Adapun program latihan merupakan jumlah pertemuan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung, terdapat 16 kali latihan ditambah dua kali pertemuan untuk tes awal (pre test) dan tes akhir (post tes). Dengan demikian Jumlah pertemuan 3 kali dalam seminggu selama 6 minggu. Hal ini sesuai dengan pendapat De Lorme dan Watkin yang dikutip oleh M Sajoto sebagai berikut: mengenai masalah frekuensi latihan tiap minggunya ada 4 kali permingggu. Namun para pelatih umumnya setuju untuk menggunakan program latihan 3 kali setiap minggu, agar tidak terjadi kelelahan yang kronis. Adapun lama latihan yang diperlukan adalah selama enam minggu atau lebih (M Sajoto, 1995:35).
            Seperti yang telah dikemukakan pendapat-pendapat di atas tentang daya ledak, bahwa ada dua komponen kondisi fisik yang mendukung daya ledak yaitu kekuatan dan kecepatan. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan diuraikan mengenai kedua komponen tersebut.
2.1.6.2.1 Pengertian Kekuatan
            Kekuatan adalah komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal yaitu, pertama kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktifitas fisik, kedua oleh karena kekuatan memegang peranan penting dalam melindungi atlet dari kemungkinan cidera, ketiga, oleh karena dengan kekuatan atlet dapat lari labih cepat, melempar atau menendang lebih jauh dan efisien, memukul lebih keras, demikian pula dapat membantu memperkuat stabilitas sendi-sendi. Meskipun banyak aktivitas olahraga lebih memerlukan agilitas, fleksibilitas, kecepatan, keseimbangan, koordinasi dan sebagainya, akan tetapi faktor tersebut harus tetap dikombinasikan dengan faktor kekuatan agar diperoleh hasil yang lebih baik. Jadi kekuatan merupakan basis dari semua komponen kondisi fisik. Dengan kekuatan seorang pemain voli akan dapat melompat lebih cepat dan tinggi untuk melakukan smash, seorang pemanah dapat menarik  busur yang lebih berat tarikannya sehingga dengan demikian dapat membuat laju panah menjadi lebih cepat, seorang pegulat akan dapat membanting lawannya lebih cepat dan keras, seorang perenang akan dapat mengatasi tahan air dengan baik (Harsono, 1998:177).
            Kekuatan adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam menggunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja (M Sajoto, 1995:8). Kekuatan dan daya tahan otot mengacu pada kemampuan seseorang untuk terus melakuakan kinerja otot yang diberi beban kerja (Abdul Kadir Ateng,1992:66).
            Kekuatan merupakan faktor yang sangat penting bagi seseorang dan harus dimiliki oleh setiap atlet, karena dalam setiap penampilan olahraga diperlukan kekuatan otot disamping unsur-unsur kelincahan, keseimbangan, koordinasi dan lain sebagainya. Kekuatan adalah kemampuan dari kekuatan otot untuk dapat mengatasi tahanan atau beban dalam menjalankan aktifitas (Suharno HP, 1981:14).
            Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kekuatan otot adalah kekuatan untuk dapat membangkitkan tenaga terhadap suatu tahanan. Untuk itu latihan-latihan yang cocok untuk dapat mengembangkan kekuatan adalah latihan-latihan tahanan (resistance exercise) dimana kita harus mengangkat, mendorong, atau menarik suatu beban. Beban itu bisa beban anggota tubuh kita sendiri atau beban dari luar (eksternal resistance). Agar efektif hasilnya, latihan-latihan ahrus dilakukan sedemikian rupa sehingga atlet harus mengeluarkan tenaga maksimal atau hampir maksimal untuk menahan beban tersebut. Demikian pula tahanan beban tersebut haruslah sedikit demi sedikit bertambah berat agar perkembangan otot terjamin. Oleh karena itu latihan latihan-latihan tahanan haruslah selalu merupakan latihan-latihan tahanan yang progresif (progresif resistance training), dan tidak berhenti pada satu berat beban atau bobot tertentu (Harsono, 1998:178).
            Macam-macam kekuatan menurut Suharno HP (1986:36) kekuatan dibagi menjadi : 1) kekuatan maksimal adalah kemampuan otot dalam kontraksi maksimal serta dapat melawan/menahan beban yang maksimal pula. 2) kemampuan daya ledak adalah kemampuan sebuah otot atau segerombolan otot untuk   mengatasi tahanan beban dengan kecepatan tinggi dalam gerakan yang utuh, 3) power endurance (kuat/tahan lama) adalah kemampuan tahan lamanya kekuatan otot untuk melawan tahnan beban yang tinggi intensitasnya. Misalkan pada dayung, balap sepeda dan renang.

2.1.6.2.2 Pengertian Kecepatan
            Menurut M Sajoto (1995:5) kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Seperti dalam lari, pukulan dalam tinju, balap sepeda, panahan, dan lain-lain. Dalam hal ini ada kecepatan gerak dan kecepatan eksplosif. Kecepatan adalah kemampuan individu untuk melakukan gerakan yang sama berulang-ulang dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Kecepatan adalah jumlah banyaknya gerakan per unit. Misalkan dalam lari sprint adalah jumlah gerakan yang berulang tungkai kaki per unit waktu (Abdul Kadir Ateng, 1992:66).
            Kecepatan adalah kekuatan organisme atlet dalam melakukan gerakan-gerakan dengan waktu sesingkat-singkatnya untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya (Suharno HP, 1986:43). Dari uraian tersebut di atas maka peneliti dapat mendefinisikan bahwa kecepatan adalah kemampuan individu untuk melakukan gerakan yang sejenis secra berturut-turut dalam waktu sesingkat-singkatnya untuk memperoleh hasil yang sebaik-baiknya. Faktor-faktor penentu secara umum : 1) macam fibril yang dibawa sejak lahir (pembawaan), fibril berwarna putih (phasic) baik untuk gerakan kecepatan, 2) pengaturan nervous system, 3) kekuatan otot, 4) kemampuan elastsitas dan relaxsi suatu otot, 5) kemauan dan disiplin individu atlet (Suharno HP, 1986:44).
Macam macam kecepatan menurut Suharno HP (1986: 44-45) yaitu : 1) Kecepatan sprint, kecepatan sprint merupakan organisme atlet bergerak kedepan dengan kekuatan dan kecepatan maksimal untuk memperoleh hasil sebaik-baiknya. Misal lari 100 m, 200 m, renang 100 m, 200 m, dua hal yang dapat menjamin kecepatan sprint yang lebih baik yaitu frekuensi gerakan dan panjang langkah atau jangkauan. 2) Kecepetan reaksi, kecepatan reaksi adalah kemampuan organisme atlet untuk menjawab suatu rangsangan secepat mungkin dalam mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Hampir semua cabang memerlukan kecepatan reaksi ini dalam pertandingan-pertandingan. Misalkan staart lari 100 m, sepak bola reaksi terhadap bola lawan dan lain-lainnya. 3) Kecepatan bergerak, kecepatan bergerak adalah kemampuan organisme atlet untuk bergerak secepat mungkin dalam suatu gerakan yang tidak putus. Misalkan gerak melompat, melempar, salto dan lain-lain. Tiap cabang olahraga memerlukan jenis kecepatan yang berbeda-beda prosentasenya.
            Faktor-faktor khusus penentu kecepatan : 1) kecepatan sprint tergantung pada kekuatan otot yang bekerja, panjang tungkai atas, frekuensi gerakan, dan teknik lari yang sempurna. 2) kecepatan reaksi tergantung pada iritabilitas dan susunan syaraf, daya orientasi situasi yang dihadapi atlet, ketajaman panca indera dalam menerima rangsangan, dan kecepatan gerak dan daya ledak atlet. 3) kecepatan bergerak tergantung dari kekuatan otot, baik tidaknya power (daya ledak), gaya koordinasi gerakan-gerakan, kelincahan dan keseimbangan, dan penguasaan teknik gerakan yang sempurna (Suharno HP, 1986:44).

2.1.7    Daya Ledak Otot Tungkai
Daya ledak atau explosive power adalah kemampuan otot atau sekelompok otot seseorang untuk dapat mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya (M.Sajoto, 1995:8). Lebih lanjut diungkapkan bahwa power otot tergantung pada dua faktor yang saling berkaitan,  yaitu antara kekuata otot berkontraksi dan kecepatan. Jadi dapat dirumuskan power = kecepatan x kekuatan. Selain itu menurut Harsono (1988:200) power adalah kemampuan otot untukmengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat singkat.Untuk kerja kekuatan maksimal yang dilakukan dalam waktu singkat ini tercermin seperti dalam aktivitas lompat tinggi, tolak peluru serta gerakan lain yang bersifat eksplosif, termasuk didalamnya adalah bola voli.
Daya ledak yang akan diukur dalam penelitian ini adalah daya ledak otot tungkai. Tungkai tersusun dari tulang femur, patella, tibia, fibula, tarsal terdiri dari (talus, calcaneus, navicular, cuboid, lateral cunciform ,intermediate cunciform dan medial cunciform), metatarsal, phalanges (distal, midlle dan proximal).  Sedangkan otot yang menyusunnya terbagi menjadi dua yaitu 1) otot tungkai atas meliputi a) M. abductor femuris (M. abductor maldamus sebelah kanan, M. abductor brevis sebelah tengah, M. Abductor longus sebelah luar), b) M. rectus femuris, c) M. vastus lateralis eksternal, d) M. vastus medialis internal, e) M. vastus intermedial, f) M. biseps femuris berfungsi membengkokkan paha, g) M. semi membranous , h) M. semi tendinaseus, i) M. Sartorius. Sedangkan otot tungkai bawah terdiri dari a) otot tulang kering depan M. tibialis, b) M. eksentor talangus longus, c) gastroknimeus d) tendo Achilles, e) M. falangus longus, f) M. tibialis posterior (Syaifuddin, 2006:103)
Dalam melakukan smash sebaiknya kita melompat setinggi mungkin (munasifah,2008:20) sehingga komponen kondisi fisik daya ledak penting sekali saat melakukan saat melakukan smash dalam bola voli. Daya ledak disini merupakan kemampuan otot tungkai yang kuat dalam meloncat ke arah vertikal untuk melakukan smash di atas net.
2.1.8  Pengertian Latihan
Latihan adalah suatu proses mempersiapkan fisik dan mental anak latih secara sistematis untuk mencapai suatu mutu prestasi optimal dengan diberikan beban latihan yang teratur, terarah, meningkat, dan berulang-ulang waktunya (Suharno HP, 1981:1). Seorang pelatih maupun atlet dalam melakukan latihan selalu berpegang teguh pada prinsip-prinsip latihan. Maslah ini sangat penting untuk mempercepat tercapainya tujuan. Prinsip-prinsip tersebuat adalah sebagai berikut :
2.1.8.1  Prinsip kontinyuitas  latihan
            Latihan harus dilakukan sepanjang tahun tanpa terseling, Mengingat sifat adaptasi atlet terhadap beban latihan ayng diterima bersifat labil dan sementara, agar supaya adaptasi menjadi mantap dan kukuh sehingga telah menjadi kebiasaan/habit yang otomatis, maka perlu latihan yang kontinu, teratur, terarah dan berulang-ulang.
 Tindakan-tindakan yang perlu dilaksanakan oleh pelatih agar prestasi dan adaptasi atlet tidak sampai menururn adalah : a) sasaran latihan pada setiap periode selalu berbeda penekanannya, b) pergunakanlah bermacam-macam metode latihan sesuai dengan tujuan latihan, c) betul dan tepat penggunaan intensitas latihan dalam periode persiapan, periode pertandingan, dan periode peralihan (Suharno HP, 1986: 19).
2.1.8.2 Kenaikan beban latihan dari sedikit demi sedikit dan teratur
            Latihan makin lama makin meningkat beratnya, tetapi kenaikan beban latihan harus sedikit demi sedikit. Hal ini untuk menjaga agar tidak terjadi over training dan proses adaptasi atlet terhadap loading akan terjamin keteraturannya. Peningkatan beban latihan sebaiknya 2 atau 3 kali latihan.
            Bila otot telah menerima beban yang berlebihan maka perlu adanya program latihan weight training. Bila kekuatan sudah bertambah perlu penambahan yang dilakukan bila otot yang dilatih belum merasa letih pada satu set dengan repetisi yang ditentukan (M Sajoto, 1995:30)
2.1.8.3 Prinsip Interval
            Prinsip ini penting dalam rencana latihan dari yang bersifat harian, mingguan, bulanan, kwartalan, tahunan yang berguna bagi pemulihan kondisi fisik dan mental atlet dalam menjalankan latihan. Masalah interval dapat dilaksanakan dengan istirahat penuh tanpa menjalankan latihan maupun istirahat aktif. Kegunaan prinsip interval dalam latihan untuk : a) menghindari terjadinya over training, b) memberikan organisme atlet untuk beradaptasi terhadap beban latihan sebelumnya, c) pemulihan tenaga kembali dalam proses latihan (Suharno HP, 1986: 23).
2.1.8.4 Prinsip Individual (Perorangan)
            Setiap anak latih sebagai manusia yang terdiri dari jiwa dan raga pasti berbeda-beda dalam segi fisik, mental, watak, dan tingkatan kemampuannya. Perbedaan-perbedaan itu perlu diperhatikan oleh pelatih agar pemberian dosis latihan, metode latihan dapat serasi di masing-masing individu. Faktor –faktor individu yang perlu diperhatikan ialah : jenis kelamin, kesehatan, umur kronologis, typologi proporsi tubuh, kemampuan/skill, fisik, tekhnik, mental, kematangan juara, sikap/watak istimewa.
            Prinsip individual merupakan suatu prinsip yang membedakan secara menyolok antara melatih dan mengajar demi tercapainya mutu prestasi optimal suatu cabang olahraga.
2.1.8.5  Prinsip Stress (Penekanan)
Latihan harus merupakan tekanan terhadap fisik dan mental anak latih. Stress fisik dengan pertanda kelelahan fisik, asam laktat timbul banyak dalam otot (kramp). Stress mental dan sikap perlu diberikan kepada anak latih sehingga timbul gejala mengeluh, kurang semangat, dan sebagainya. Stress fisik dan mental penting untuk meningkatkan kemampuan anak latih.

2.1.8.6 Prinsip Spesialisasi (Spesifik)
Latihan harus memiliki siri dan bentuk yang khas sesuai dengan cabang olahraganya. Pemain bola volley dispesialisasikan latihannya smasher, pengumpan atau sebagai pemain serba bisa, sifat hakiki masing-masing cabang olahraga berbeda-beda, sehingga seorang anak latih sebaiknya diarahkan ke salah satu cabang olahraga yang mantap dan sesuai dengan bakatnya. Seperti  yang dikatakan oleh Harsono (1988: 109), Atlet yang menekuni cabang olahraga , tujuan serta motif biasanya adalah melakukan spesialisasi delam cabang olahraga tersebut. Spesialisasi berarti mencurahkan segala kemampuan baik fisik maupun psikis pada suatu cabang olahraga tersebut.

2.1.9        Latihan Naik Turun Tangga dengan Beban Tetap Waktu Meningkat
            Latihan naik turun tangga dengan beban tetap waktu meningkat merupakan suatu metode latihan yang menganut salah satu dari unsur prinsip latihan yaitu peningkatan beban latihan yang progresif (overload). Latihan makin lama makin meningkat beratnya, tetapi kenaikan beban latihan harus sedikit demi sedikit. Hal ini untuk menjaga agar tidak terjadi over training dan proses adaptasi atlet terhadap loading akan terjamin keteraturannya. Peningkatan beban latihan sebaiknya 2 atau 3 kali latihan (M Sajoto, 1995:30).
            Secara teknis, rangkaian gerakan latihan naik tangga yaitu mula-mula posisi seperempat berjongkok di depan tangga, dengan kedua tangan dikaitkan di belakang leher dan kaki selebar bahu agak lebih sedikit. Lompati tangga pertama dan lanjutkan ke atas sampai 10 atau lompatan atau lebih. Mendarat dan cepat. Gerakan harus terus-menerus tidak terputus ke atas tangga tanpa berhenti sampai jumlah yang telah ditentukan (Chu, D, 1992:40)
.
Gambar 2.2
Latihan naik tangga
(Chu, D, 1992:40)

            Beban yang digunakan dalam latihan ini adalah beban internal atau tubuh atlet sendiri. Sedangkan yang dimaksud dengan waktu meningkat disini adalah peningkatan waktu yang di capai oleh atlet melalui latihan naik tangga yang meningkat semakin cepat. Latihan ini berprinsip pada overload, dengan cara menambah kecepatan pada setiap latihan dengan cara meningkatkan target waktu setiap latihan.
            Kenaikan beban latihan dari sedikit demi sedikit dan teratur. Latihan makin lama makin meningkat beratnya, tetapi kenaikna beban latihan harus sedikit demi sedikit. Peningkatan beban latihan tidak perlu dilakukan setiap kali latihan, sebaiknya dua atau tiga kali latihan baru dinaikkan (Suharno HP, 1981:4).

2.2 Kerangka Berfkir
2.2.1 Pengaruh Latihan Naik Turun Tangga dengan Beban Tetap Waktu Meningkat    Terhadap Peningkatan Power Tungkai
            Latihan naik turun tangga merupakan salah satu metode latihan untuk meningkatkan kekuatan tungkai. Tungkai yang kuat maka akan menghasilkan suatu kinerja yang baik. Misalkan pada saat melompat pada smash dalam bola voli.
            Metode latihan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan overload pada waktu yang bisa di capai atlet melalui latihan naik tangga. Atlet harus bisa menempuh waktu yang samakin cepat dari setiap latihan sebelumnya. Dengan demikian atlet akan selalu mengerahkan kekuatan seoptimal mungkin untuk menempuh waktu secepat-cepatnya.
            Daya ledak merupakan kemampuan seseorang untuk mempergunakan tenaga semaksimal mungkin dan dalam waktu sependek-pendeknya atau secepat-cepatnya. Latihan naik tangga dengan beban tetap waktu meningkat membutuhkan tenaga yang semaksimal mungkin karena mengejar target waktu yang telah ditentukan, yang mana semakin cepat.
            Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diduga terdapat pengaruh latihan naik tangga dengan waktu meningkat terhadap peningkatan power tungkai pada pemain bola voli.

2.3 Hipotesis
            Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti kebenarannya. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:71) menyatakan bahwa hipotesis adalah apabila peneliti telah mendalami permasalahan penelitiannya dengan seksama serta menetapkan anggapan dasar, maka membuat suatu teori sementara, yang kebenarannya masih di uji (di bawah kebenaran).
            Berdasarkan landasan teori di atas, peneliti mengajukan hipotesis yang akan diuji kebenarannya  adalah : ’’Ada pengaruh latihan naik turun tangga dengan beban tetap waktu meningkat terhadap peningkatan power tungkai pada pemain bola voli putra usia 16-19 tahun klub Patriot Semarang’’.
BAB III
METODE PENELITIAN

            Syarat mutlak dalam suatu penelitian adalah penggunaan metode penelitian yang tepat. Lebih lanjut Suharsimi Arikunto (2006:160) menyatakan bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan penelitiannya.

3.1  Populasi
            Sutrisno Hadi (2004:182) menyatakan populasi adlah keseluruhan penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama. Ciri-ciri populasi dalam penelitian ini yang sesuai dengan syarat di atas adalah :
  1. Sama-sama berjenis kelamin putra
  2. Sama-sama berumur 16-19 tahun
Berdasarkan uraian tersebut dapat penulis simpulkan bahwa populasi dalam penelitian ini memenuhi syarat untuk dijadikan obyek penelitian yaitu pemain bola voli putra usia 16-19 tahun klub patriot Semarang 2011 yang berjumlah 10 pemain.

3.2  Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
            Suharsimi Arikunto (2006:131) mengatakan bahwa : Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Lebih lanjut Sutrisno Hadi (2004:182) menyatakan sampel adalah sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi. Berdasarkan uraian tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang dapat mewakili populasi yang akan dijadikan obyek penelitian.
            Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling yaitu seluruh populasi diberi kesempatan menjadi sampel dengan cara semua anggota diikutsertakanmenjadi obyek penelitian. Besarnya sampel yang diambil berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto (2006:134), yang mengatakan bahwa jika subyek besar atau lebih dari 100 maka dapat diambil antara 10-15%, 20-25% atau lebih tergantung :
1.             Kemampuan dari peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.
2.             Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini meyangkut banyak sedikitnya data.
3.             Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampelnya besar, haislnya akan lebih baik..

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
            Tempat yang digunakan untuk penelitian ini adalah di lapangan bola voli yang bertempat di GOR Patriot Semarang. Penelitian ini dilakukan pada hari jumat, tanggal 15 April 2011 s.d. 27 Mei 2011 pukul 16.00WIB s.d. selesai.


3.4 Variabel Penelitian
            Menurut Suharsimi Arikunto (2002:94) variabel adalah objek penelitian yang bervariasi. Variabel dapat dibagi menjadi dua yaitu variabel kuantitatif dan kualitatif. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel kuantitatif. Variabel dalam penelitian ini adalah:
3.4.1 Variabel bebas
            Variabel bebas adalah variabel penyebab,variabel yang mempengaruhi (Suharsimi Arikunto,2006:119). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah latihan naik tangga dengan beban tetap waktu meningkat.
3.4.2   Variabel terikat
Variabel terikat disebut variabel tidak bebas variabel tergantung (Suharsimi Arikunto,2006:119). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah power tungkai.

3.5 Metode dan Rancangan Penelitian
            Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah eksperimen lapangan dan rancangan penelitian yang digunakan adalah “One Group Pretest Posttest design”, yaitu eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding (Suharsimi Arikunto, 2009:212). Yang secara skematis digambarkan seperi berikut :


Tabel 1
Rancangan Penelitian One Group Pretest Posttest design
METODE LATIHAN
TES AWAL
PERLAKUAN
TES AKHIR
Naik Tangga dengan Beban Tetap Waktu Meningkat
O1
XA
O2

Keterangan :
O1                   =  Tes vertical Jump
XA                  =  Latihan naik turun tangga dengan beban tetap waktu meningkat
O2                   =  Tes vertical Jump

3.6  Instrumen Penelitian
            Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah. Instrumen dalam penelitian ini adalah dengan tes vertical jump.
            Tujuan tes ini adalah untuk mengetahui kemampuan daya ledak otot-otot tungkai. Cara pengukuran dengan skala vertical jump, yang diukur dalam tes ini adalah ketinggian jangkauan tangan atau raihan waktu berdiri tegak dan setelah meloncat tanpa awalan.
            Pelaksanaan tes tersebut dapat dilaksanakan sesuai petunjuk yang diuraikan sebagai berikut ini :

  1. Ujung jari tangan diolesi serbuk kapur atau magnesium Karbonat,
  2. Berdiri dibawah papan skala, kaki rapat, papan skala disamping kiri atau  kanan.
  3. Tangan yang dekat dengan papan skala diangkat lurus keatas, telapak tangan yang sudah diolesi kapur ditempelkan pada papan skala, sehingga meninggalkan bekas, lalu dicatat berapa tinggi raihan tanpa melompat.
  4. Selanjutnya awalan menekuk lutut dan kedua lengan diayun kebelakang, lalu meloncat setinggi mungkin sambil menepuk papan sehingga meninggalkan bekas,lalu catat berapa tinggi raihan dengan loncatan.
  5. Ulangi loncatan sebanyak 3 kali, catat hasil loncatanya, dengan menggunakan  hasil yang terbaik.
  6. Hitung dan catat selisih tersebut
  7. Alat yang digunakan dalam tes ini adalah papan bergaris vertical jump, serbuk kapur (Mg ), dan penghapus (Bidang Fisiologi Olahraga, 2006:5 ).
3.7 Teknik Pengambilan Data
            Penelitian ini adalah penelitian eksperimen, dan data yang akan digunakan bentuknya adalah hasil tes power tungkai. Oleh karena itu dalam penelitian dapat diambil dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.             Penetuan populasi dan jumlah sampel
2.             Melakukan tes awal power tungkai dan tes kecepatan naik tangga untuk menyusun program latihan.
3.             Memberi perlakuan untuk kelompok tersebut yaitu dengan latihan naik tangga dengan beban tetap waktu meningkat sesuai program yang telah dibuat untuk masing-masing atlet. Perlakuan dilaksanakan selama 16 kali pertemuan.
4.             Melakukan tes akhir power tungkai.
Adapun cara pengambilan data tes power tungkai dan kecepatan naik tangga dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1.        Menyiapkan alat dan perlengkapan tes, yang meliputi : 1) papan vertical jump, 2) stopwatch, 3) alat tulis, 4) serbuk kapur
2.        Memberi penjelasan kepada sampel akan hal-hal yang akan dilakukan dalam tes tersebut.
3.        Menyiapkan sampel secara fisik untuk mengikuti tes dengan diberi pemanasan terlebih dahulu agar tidak terjadi cedera.
4.        Langkah-langkah ini dilakukan pada saat sebelum dan sesudah pemberian perlakuan kecuali tes kecepatan naik tangga. Karena tes tersebut dilakukan hanya pada awal saja untuk menyusun program latihan.

 3.8 Analisis Data
            Penelitian ini diawali dengan pengambilan data awal atau pretest dan apabila eksperimen telah selesai dilakukan maka diakhiri dengan posttest. Analisis data pada penelitian ini menggunakan t-test. Rumus pendek banyak digunakan dalam penelitian eksprimen karena efektif dan efisien seperti yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (1988:491) rumus pendek adalah rumus serbaguna dan efisien. Untuk analisa data diperluka suatu rumus t-test 
            Untuk menguji kebenaran nihil menggunakan taraf signifikansi 5% atau dasar kepercayaan 95% berarti penelitian mengambil resiko salah dalam keputusan sebanyak 5% atau kebenaran dalam pengambilan keputusan 95%. Kemungkinan-kemungkinan hasil penelitian :
1.      Apabila nilai t yang diperoleh dari perhitungan statistik sama atau lebih besar dari t-tabel, maka hipotesis nol ditolak.
2.      Apabila nilai t yang diperoleh dari perhitungan statistik lebih kecil dari t-tabel, maka hipotesis alternatif diterima.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data
            Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti maka di peroleh gambaran mengenai hasil daya ledak otot tungkai dengan menggunakan tes vertical jump. Berikut ini disajikan deskripsi data penelitian yang di peroleh :
Tabel 4.1
Deskripsi Data penelitian
No
Pretest
Postest
1
58
60
2
56
59
3
67
70
4
60
62
5
64
67
6
60
62
7
56
59
8
70
72
9
58
61
10
56
58

605
630
60.5
63
SD
4.67
4.67
NT
70
72
NR
56
58
N
10
10

            Pada Tabel 4.1 dapat dilihat data hasil dari penelitian. Rata-rata dari pretest sebesar 60.5. Berdasarkan rata-rata tersebut dapat diketahui sebanyak 3 sampel yang nilainya di atas rata-rata dan 7 sampel yang nilainya dibawah rata-rata. Nilai tertinggi yang didapati dalam pretest adalah sebesar 70 sedangkan nilai terendah adalah sebesar 56. Nilai tertinggi di raih oleh satu sampel, dan nilai terendah didapati tiga sampel. Sampel dalam penelitian sebanyak 10 sampel dan standar deviasinya sebesar 4.67.
            Rata-rata dari postest sebesar 63. Berdasarkan rata-rata tersebut dapat diketahui sebanyak 3 sampel yang nilainya di atas rata-rata dan 7 sampel yang nilainya dibawah rata-rata. Nilai tertinggi yang didapati dalam postest adalah sebesar 72 sedangkan nilai terendah adalah sebesar 58. Nilai tertinggi di raih oleh satu sampel, dan nilai terendah didapati satu sampel. Dari data tersebut dapt diperoleh standar deviasi sebesar 4.67.

4.2 Hasil Penelitian
            Berdasarkandata peneltian, diperoleh statistik sebagai berikut :
Tabel 4.2
Hasil Akhir Perhitungan Statistik

Kelompok
Mean
t hitung
t tabel dengan signifikansi 5%
Keterangan
Pretest
60.5
15.243
2.262
Signifikan
Postest
63
Catatan : Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran
            Berdasarkan perhitungan nilai t yang diperoleh pada taraf signifikansi 5% dengan db 9 adalah 15.243 dan t tabel adalah 2.262 berarti lebih besar dari batas penolakan, maka nilai hitung yang diperoleh adalah signifikan. Sehingga hipotesis nol di tolak. Oleh sebab itu hipotesisi alternatif yang berbunyi : `` Ada pengaruh latihan naik turun tangga dengan beban tetap waktu meningkat terhadap power tungkai pada pemain bola voli putra usia 16-19 tahun klub Patriot Semarang Tahun 2011” diterima.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
 4.3.1 Pembahasan     
            Latihan naik turun tangga dengan beban tetap waktu meningkat memberikan peningkatan terhadap power tungkai.  hal ini dapat dilihat dari data tes awal dan tes akhir yang menunjukan adanya peningkatan. Dimana tes awal daya ledak tungkai di peroleh rata-rata sebesar 60.5 kemudian tes akhir sebesar 63. Sehingga peningkatan terjadi sebesar 4.13%. Hal ini sesuai dengan prinsip latihan dimana kenaikan beban latihan dari sedikit demi sedikit dan teratur (Suharno HP,1981:4).
            Peningkatan daya ledak otot tungkai menggunakan latihan naik tangga dengan beban tetap waktu meningkat dapat dijadikan sebagai salah satu acuan bagi pelatih untuk meningkatkan kemampuan atlet yang dilatihnya khususnya dalam salah satu komponen kondisi fisik yaitu daya ledak. Karena pada latihan ini berprinsip pada individu. Setiap anak latih sebagai manusia yang terdiri dari jiwa dan raga pasti berbeda-beda dalam segi fisik, mental, watak, dan tingkat kemampuannya. Perbedaan-perbedaan itu perlu diperhatikan oleh pelatiih agar pemberian dosis latihan, metode latihan dapat serasi di masing-masing individu. Faktor-faktor individu yang perlu diperhatikan adalah jenis kelamin, kesehatan, umur, kronologis, typologi proporsi tubuh, kemampuan skill, fisik, tekhnik, mental, kematangan juara, sikap atau watak yang istimewa. Prinsip individual merupakan suatu prinsip yang membedakan scara menyolok antara melatih dan mengajar demi tercapainya mutu prestasi optimal suatu cabang olahraga (Suharno HP, 1981:4).
            Pelatih dapat mengoptimalkan kualitas latihan yang didasarkan pada individu atlet, latihan bisa berkembang dan meningkat secara terkoordinir sehingga latihan terlalu berat atau yang terlalu ringan yang merugikan atlet bisa di hindari.
            Melakukan overload pada waktu yang di capai seperti pada metode latihan penelitian ini merupakan salah satu metode latihan yang tepat untuk peningkatan daya ledak. Karena daya ledak merupakan kemampuan maksimal yang bisa dikerahkan dalam waktu yang singkat. Dengan melakukan overload waktu pada latihan ini, pemain akan terpacu untuk melakukan kinerja yang semakin cepat untuk menempuh waktu yang telah ditentukan. Beban tetap yaitu lima kali repetisi naik tangga. Sehingga dengan overload waktu yang semakin cepat ini dapat menghasilkan peningkatan  daya ledak. Sesuai dengan prinsip latihan yang dikemukakan oleh M Sajoto tentang peningkatan beban latihan yang progresif (overload). Latihan makin lama makin meningkat beratnya, tetapi kenaikan beban latihan harus sedikit demi sedikit. Hal ini untuk menjaga agar tidak terjadi over training dan proses adaptasi atlet terhadap loading akan terjamin keteraturannya. Peningkatan beban latihan sebaiknya 2 atau 3 kali latihan (M Sajoto, 1995:30).
4.3.2 Kelemahan penelitian di Lapangan
            Metode latihan yang berjalan pada penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yang terjadi secara tidak disengaja oleh peneliti, yaitu :
1.      Keterbatasan peneliti yang tidak bisa mengontrol sampel penelitian terkait dengan hal-hal yang dilakukan di luar jam latihan.
2.      Sampel berlatih dengan kartu mandiri sesuai dengan program latihan yang telah dirancang oleh peneliti, sehingga tidak menutup kemungkinan sampel untuk terkadang berbuat curang diluar pengawasan peneliti.
3.      Kedatangan serta kondisi sampel yang kurang terkontrol karena faktor cuaca yang berubah-ubah.


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
            Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti tentang latihan naik tangga dengan beban tetap waktu meningkat terhadap power tungkai pada pemain bola voli putra usia 16-19 tahun klub Patriot Semarang diperoleh data tes vertical jump yang kemudian dilakukan pembahasan dengan menggunakan t-test, maka dapat disimpulkan bahwa : ``Ada pengaruh latihan naik turun tangga dengan beban tetap waktu meningkat terhadap power tungkai pada pemain bola voli putra usia 16-19 tahun klub Patriot Semarang Tahun 2011’’.

5.2 Saran
            Berdasarkan hasil dari penelitian tentang pengaruh latihan naik turun tangga dengan beban tetap waktu meningkat terhadap power tungkai pada pemain bola voli putra usia 16-19 tahun klub Patriot Semarang Tahun 2011, maka peneliti dapat memberikan saran yaitu sebagai berikut :
1.      Bagi pelatih, metode latihan ini dapat digunakan sebagai salah satu latihan untuk meningkatkan power tungkai para atlet.
2.      Bagi pemain bola voli klub Patriot Semarang dalam menjalankan latihan sebaiknya sesuai dengan kemampuan masing- masing individu, tidak asal gerak saja. Intensitas latihan terus ditingkatkan sampai batas maksimal.
3.      Bagi peneliti lain yang tertarik dengan permasalahan ini dapat dilakukan penelitian yang sejenis tetapi berbeda sasarannya. Misalkan peningkatan power lengan yang dengan menggunakan prinsip latihan pada penelitian ini.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir Ateng. 1992. Azas Landasan Pendidikan Jasmani : Depdikbud
A. Sarumpaet, dkk. 1992. Permainan Bola Besar. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Beutelstahl, Dieter. 1986. Belajar Bermain Bola Volley. Bandung : Pionir Jaya.
Bidang Fisiologi Olahraga. 2006. Norma Kondisi Fisik Atlet Nasional Indonesia Cabang Olahraga Bola Voli : KONI Pusat
Brittenham, Greg. 1998. Bola Basket Latihan Khusus Pemantapan.Jakarta : Rajagrafindo Persada
Chu, D.A.1992. Jumping Into Plyometrics. Champaign Illinois: Leisure Press.
Harsono. 1988. Coaching dan Aspek Fisiologi dalam Coaching. Jakarta : Depdikbud.
Keputusan Dekan No. 540/FIK/2009.2009. Pedoman Penyusunan Skripsi Mahasiswa Program Strata 1 Fakultas Ilmu Keolahragaan UNNES : FIK UNNES
Munasifah. 2008. Bermain Bola Voli. Semarang : Aneka Ilmu. .
M. Sajoto.1995. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta.
________.1988. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta.
M. Yunus. 1992. Olahraga Pilihan Bola Voli. Depdikbud
Poerwadarminta, W.J.S. 1984.Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Suharno H.P. 1985. Ilmu Kepelatihan Olahraga. Yogyakarta: FPOK IKIP Yogyakarta.
            1982. Dasar-dasar Permainan Bola Volley. Yogyakarta: FPOK IKIP Yogyakarta
            1981. Metodik Melatih Permainan Bola Volley. Yogyakarta: FPOK IKIP Yogyakarta
Suharsimi Arikunto. 2008. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
_______. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Sutrisno Hadi. 2004. Statistik Jilid II. Yogyakarta : Andi
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: EGC
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3. 2005. Sistem Keolahragaan Nasional : Biro Humas dan Hukum.

Penulis : Ali Zaenal
Tahun 2011 
Sebuah Penelitian eksperimen dalam rangka memenuhi tugas akhir perkuliahan
Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Universitas Negeri Semarang

0 Response to "PENGARUH LATIHAN NAIK TURUN TANGGA DENGAN BEBAN TETAP WAKTU MENINGKAT TERHADAP POWER TUNGKAI PADA PEMAIN BOLA VOLI PUTRA USIA 16-19 TAHUN KLUB PATRIOT SEMARANG TAHUN 2011"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel