PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI AKTIVITAS BERMAIN DALAM PENDIDIKAN JASMANI (Best Practice)
Table of Contents
PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK
MELALUI
AKTIVITAS BERMAIN
DALAM PENDIDIKAN
JASMANI
Rudi Hardi
SD Negeri 82 Rejang
Lebong Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu
email: rudihardi.olahraga@gmail.com
Abstrak
Karakter anak
merupakan hasil dari suatu pendidikan
secara umum baik informal yang
berlangsung di keluarga dengan bentuk pembiasaan
hal-hal yang baik, etika, dan
budaya, pendidikan nonformal yang berlangsung
di masyarakat
dengan bentuk pelatihan-pelatihan,
kursus, kerja social, maupun pendidikan
formal yang berlangsung di sekolah-sekolah.
Pendidikan jasmani merupakan bagian dari
pendidikan formal yang berlangsung di sekolah-sekolah dari pendidikan
dasar sampai dengan menengah. Pendidikan
jasmani diartikan pendidikan melalui aktivitas
jasmani untuk mencapai tujuan pendidikan
pada umumnya.
Aktivitas jasmani dapat berupa olahraga
atau non-olahraga diantaranya
bermain. Melalui aktivitas bermain akan
meragsang potensi-potensi yang dimiliki anak
untuk berkembang ke arah yang
lebih baik terutama yang dikemas
dalam pendidikan jasmani. Melalui aktivitas
bermain yang dikelola secara baik
akan memacu
perkembangan fisik, sosial, dan psikis
anak, sehingga aktivitas bermain bagi
anak mempunyai fungsi untuk mengembangkan
aspek fisik, sosial, dan psikis
secara proposional. Aktivitas bermain oleh
anak dapat berlangsung dimana saja
dan kapan saja sehingga pengembangan
potensi anak akan berlangsung bersamaan dengan aktivitas bermain tersebut. Keadaan semacam ini dapat dikatakan bahwa bermain merupakan pendidikan praktis. Hal ini berlangsung terus menerus dalam kurun waktu yang relatif lama sehingga terbentuk suatu tingkah laku yang menetap dan diakui oleh orang lain sebagai karakter
pribadi seseorang.
Kata kunci: karakter, bermain, dan pendidikan jasmani
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan usaha sadar
untuk mempengaruhi peserta didik agar
mampu mengembangkan dan mengaktualisasikan potensi-
potensi yang dimiliki agar
mampu menjalani hidup dengan sebaik-baiknya. Potensi yang ada dalam diri setiap peserta didik ada yang bersifat positif maupun negative. Potensi mana
yang akan
berkembang tergantung dari stimulus atau
lingkungan yang mempengaruhinya. Oleh sebab
itu diciptakanlah
suatu lingkungan yang memungkinkan untuk menstimulus potensi-potensi positif yang dimiliki peserta
didik agar dapat berkembang dan teraktualisasi dalam tingkah laku yang
positif, baik dalam aspek kognitif,
afektif, maupun psikomotorik.
dalam bentuk pendidikan. Hal ini sejalan dengan
pengertian pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003
bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya
untk kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat , bangsa
dan negara.
Pendidikan jasmani merupakan
salah satu usaha
sadar untuk menciptakan lingkungan yang mampu mempengaruhi potensi peserta didik agar berkembang
ke arah tingkah laku yang
positif melalui aktivitas jasmani. Aktivitas jasmani inilah bentuk rangsangan
yang diciptakan untuk mempengaruhi potensi-potensi
yang dimiliki peserta didik dalam
pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah
mulai dari jenjang pendidikan
usia dini sampai pendidikan menengah.
Melalui aktivitas jasmani
ini diharapkan
tujuan pendidikan yang meliputi ranah kognitif, afektif,
fisik, dan psikomotorik dapat terwujud. Bentuk aktivitas jasmani yang disajikan
dalam pembelajaran
pendidikan jasmani dapat berbentuk olahraga maupun
non olahraga. Olahraga seperti atletik, senam, permainan,
beladiri, dan akuatik, sedang non olahraga
dalam bentuk bermain, modifikasi cabang olahraga,
dan aktivitas jasmani
lainnya. Secara lengkap
ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga
dan Kesehatan di sekolah (BSNP. 2006:177)
meliputi: permainan dan
olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas senam,
aktivitas ritmik, aktivitas
air,
pendidikan luar kelas,
dan kesehatan. Bermain merupakan bagian dari ruang lingkup pendidikan jasmani yang dapat
digunakan untuk mewujudkan tujuan pendidikan.
Bermain mampu membawa anak ke arah perubahan
yang positif baik dalam
aspek fisik, psikis, maupun sosial.
Fungsi bermain dalam pendidikan jasmani adalah mengembangkan
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik
peserta didik secara nyata yaitu
terwujudnya peserta didik
yang berkarakter, hal ini menunjukkan bahwa tujuan pendidikan secara umum dapat tercapai.
METODE
Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas 5
SD Negeri 82 Rejang Lebong, Bengkulu dengan pertimbangan karena peneliti
mengajar di kelas tersebut, sehinggah bisa mengitegrasikan PPK dalam proses
pembelajaran. Sedangkan penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif
kualitatif.
Adapun
teknik pengumpulan data menyesuaikan dengan kebutuhan data yang diperlukan.
Dalam penelitian ini data yang dibutuhkan diambil adalah aktivitas peserta
didik yang didapatkan melalui observasi. Selain itu, untuk mengukur hasil
belajar di dapatkan melalui tugas kelompok bermain dan mandiri yang telah di
lakukan siswa.
Pemahaman
siswa tentang pendidikan karakter bisa didapatkan dari aktivitas bermain siswa.
Aspek aktivitas bermain dinilai selain berdasarkan karakter yang didapat, juga
kesesuaian dengan menjunjung tinggi nilai sportivitas, kejujuran dan tanggung
jawab. Disamping itu, jika 75% siswa mampu mencapai KKM ( Kriteria Ketuntasan
Minimal ), maka pembelajaran dianggap berhasil.
PEMBAHASAN
1. Penguatan Pendidikan
Karakter
Pendidikan berkarakter telah dicanangkan sejak tahun 2010
sebagai salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi persoalan yang timbul di
dunia pendidikan, khususnya terkait dengan masalah peserta didik. Program ini
trus dilanjutkan hingga saat ini. Bahkan, pada 6 september 2017, presiden Joko
Widodo menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang
penguatan karakter.
Melanjutkan
kebijakan sebelumnya, dalam Perpres Nomor 87 Tahun 2017 ini kembali menegaskan
bahwa penguatan pendidikan karakter adalah bagian Gerakan Nasional Revolusi
Mental ( GNRM ).
Gerakan
ini diantaranya bertujuan untuk mewujudkan bangsa yang berbudaya dengan
penguatan nilai religius, jujur, kreatif, disiplin, cinta tanah air.
Adapun
tujuan PPK ini antara lain membangun dan membekali peserta didik sebagai
generasi emas Indonesia tahun 2045 dengan jiwa pancasila dan pendidikan
karakter yang baik, mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakan
pendidikan karakter sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan bagi
peserta didik dengan dukungan dan melibatkan publik, serta merevitalisasi dan
memperkuat potensi dan kompetensi pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik,
masyarakat, dan lingkungan keluarga.
2. Hakikat
Karakter
Karakater merupakan perilaku
yang ditunjukkan oleh seseorang dalam
kehidupan sehari-hari yang mempunyai
kecenderungan kearah positif maupun negatif. Dalam pendidikan tentu saja karakter positif
yang ingin ditanamkan dalam diri para peserta didik. Peserta
didik yang berkarakter inilah yang
selalu diharapakan oleh semua pihak.
Menurut pandangan Suharjana dalam
Darmiyati Zuchdi (2011:28)
yang dimaksud karakter adalah sebuah
cara berfikir, bersikap, dan
bertindak yang menjadi ciri khas seseorang
yang menjadi kebiasaan yang ditampilkan
dalam kehidupan bermasyarakat.
Sedang Suyata dalam Darmiyati Zuchdi (2011:15) menyatakan bahwa
karakter diartikan sebagai tersusun atas ciri-ciri yang akan memandu seseorang
melakukan hal-hal yang benar
atau tidak mengerjakan hal-hal yang tidak benar. Sedang orang yang memiliki karakter baik menurut
Effendie Tanumiharja
dalam Darmiyati Zuchdi (2011:507) adalah orang yang mampu mengendalikan diri, memiliki antusiasme, fleksibel, rasa humor,
memiliki integritas tinggi, selalu merasa
bersyukur, berhati tabah, bekerja
keras, memiliki cinta kasih tanpa diskriminasi, rendah hati, bijaksana, dan adil.
3.
Hakikat Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan pada umumnya
yang mempengaruhi potensi peserta didik
dalam hal kognitif, afektif, dan
psikomotor melalui aktivitas jasmani. Melalui
aktivitas jasmani anak akan memperoleh
berbagai macam pengalaman yang berharga untuk kehidupan seperti kecerdasan, emosi,
perhatian, kerjasama, keterampilan, dsb.
Pengertian pendidikan jasmani telah
banyak diterangkan oleh para ahli
pendidikan jasmani diantaranya adalah :
Williams menyatakan bahwa pendidikan jasmani adalah semua aktivitas manusia yang dipilih jenisnya
dan dilaksanakan sesuai dengan tujuan
yang ingin dcapai. Singer memberi
batasan mengenai pendidikan jasmani
sebagai pendidikan melalui jasmani
berbentuk suatu program aktivitas jasmani yang medianya gerak
tubuh dirancang untuk menghasilkan beragam pengalaman dan tujuan antara
lain belajar,
sosial, intelektual, keindahan dan kesehatan.
Bucher menyatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan
bagian yang integral dari seluruh
proses pendididkan yang bertujuan mengembangkan
fisik, mental, emosi, dan sosial,
melalui aktivitas jasmani yang telah dipilih untuk mencapai hasilnya.
Frost menyatakan bawa pendidikn jasmani terdiri dari perubahan
dan penyesuaian yang terjadi pada individu
bila ia bergerak dan mempelajari
gerak. SK Mendikbud nomor 413/U/1987 menyebutkan bahwa
pendidikan jasmani adalah bagian yang integral dari pendidikan melalui aktivitas jasmani yang bertujuan
untuk meningkatkan individu secara organik,
neuromuscular, intelektual, dan emosional. Rusli Lutan menyatakan bahwa pendidikan jasmani
dapat diartikan sebagai proses sosialisasi melalui
aktivitas jasmani, bermain, dan atau olahraga untuk mencapai
tujuan pendidikan. Melalui aktivitas jasmani ini peserta
didik memperoleh beragam pengalaman kehidupan yang nyata sehingga
benar- benar membawa anak kearah sikap dan tindakan yang baik.
4. Tujuan Pendidikan Jasmani
Berdasarkan pemahaman mengenai hakikat
pendidikan jasmani maka tujuan pendidikan jasmani sama dengan tujuan
pendidikan pada umumnya, karena pendidikan
jasmani merupakan bagian yang integral dari
pendidikan pada umumnya melalui aktivitas jasmani. Aktivitas jasmani yang meliputi berbagai aktivitas jasmani dan olahraga hanya sebagai
alat atau sarana untuk mencapai
tujuan pendididkan pada umumnya.
Secara rinci tujuan pendidikan terdapat dalam UU No. 20 Th. 2003 bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
5. Hakikat Bermain
Batasan mengenai bermain sangat
luas dan sulit untuk menemukan pengertian bermain
secara nyata dan tepat
dalam arti satu batasan dapat
mencakup seluruh pengertian bermain. Sehingga perlu
melihat beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai
batasan bermain walaupun belum satu bahasa tetapi
dapat sebagai acuan untuk memberi
pengertian bermain dalam pendidikan jasmani pada khususnya.
Adapun pendapat para ahli mengenai
pengertian bermain adalah sebagai berikut: James Sully dalam Tedjasaputra
(2001) menyatakan bahwa tertawa adalah
tanda dari kegiatan
bermain dan tertawa
ada di dalam aktivitas sosial yang
dilakukan bersama sekelompok teman,
yang penting dan perlu ada
di dalam kegiatan bermain adalah rasa
senang yang ditandai oleh tertawa.
Soemitro (1991) menyatakan
bahwa bermain adalah belajar menyesuikan
diri dengan
keadaan. Sehingga Sukintaka (1998) menyatakan bermain adalah aktivitas jasmani yang dilakukan
dengan sukarela dan bersungguh-sungguh
untuk memperoleh rasa senang dari
melakukan aktivitas tersebut.Hurlock (1978:320)
menyatakan bahwa bermain adalah setiap kegiatan yang
dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya,
tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain
dilakukan secara sukarela dan
dan tidak
ada paksaan
atau tekanan dari luar atau kewajiban.
Sedang Piaget dalam Hurlock (1978) menjelaskan bahwa bermain
terdiri atas tanggapan yang
diulang sekedar untuk kesenangan fungsional. Sedangkan, Drijarkara dalam
Sukintaka (1998)
menyatakan bahwa bermain adalah
gejala manusia yang merupakan aktivitas dinamika
manusia yang dibudayakan. Selanjutnya Drijarkara
menyatakan bahwa dalam
bermain bukan hanya merupakan
aktivitas jasmani saja tetapi juga menyangkut fantasi, logika, dan bahasa.
Sehingga dalam bermain dibutuhkan keterpaduan antara fisik dalam hal ini aktivitas
jasmani dan psikis yaitu logika,
persepsi, asumsi, emosi,
keberanian, kecerdasan dan lain-lain. Menurut Drijarkara dalam bermain harus
ada dua watak yaitu eros dan agon. Eros dalam arti bahwa bermain
hendaknya didasari rasa senang/cinta
terhadap komponen yang
ada dalam
bermain itu sendiri seperti teman bermain, sarana dan prasarana
bermain, waktu bermain,
situasi bermain dan sebagainya. Sedang agon berarti
perjuangan untuk mengalahkan segala
tantangan/kesulitan/hambatan atau permasalahan dalam bermain.
6. Fungsi Bermain Dalam Pendidikan Jasmani
Bermain mempunyai peranan penting
dalam kehidupan manusia yang dapat
dilihat dari aspek psikis, fisik, dan sosial. Beberapa komponen aspek psikis akan berkembang melalui
bermain antara lain dalam
hal kecerdasan,
motivasi, emosi, mental, percaya diri,
minat , kemauan, kecemasan, agresivitas, perhatian, konsentrasi, dan sebagainya.
Misalkan faktor kecerdasan berkembang melalui bermain disebabkan bahwa melalui bermain anak
akan menghadapi berbagai masalah yang
timbul dalam permainan tersebut dan
harus diselesaikan/ diputuskan pada saat itu juga dengan cepat dan tepat,
atau faktor motivasi melalui bermain
anak akan
menampilkan apa saja yang mereka punyai dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat karena dalam bermain itu
suasananya menggembirakan dan menyenangkan sehingga bebas beraktivitas dengan
penuh semangat sesuai dengan kemampuannya.
Melalui bermain anak akan
akan terbiasa dengan tekanan-tekanan baik dari dirinya sendiri maupun dari luar sehingga akan mampu mengelola
emosi, kecemasan dan rasa percaya
diri dengan baik. Melalui
bermain anak akan
mampu mengembangkan, mempertahankan, dan mengendalikan aspek-aspek
psikis tersebut.
Aspek sosial pun juga akan berkembang dengan baik melalui aktivitas
bermain ini antara dalam hal
kerja sama, komunikasi, saling percaya, menghormati,
bermasyrakat, tenggang rasa, kebersamaan dan sebagainya. Melaui bermain anak
mampu memciptakan suatu bentuk
kerjasama untuk
mencapai tujuan bersama,
dalam kerjasama dipastikan ada komunikasi antar anggota regu, dan
dalam kerjasama juga ada rasa saling percaya
dan saling menghormati antar anggota untuk meraih tujuan
bersama yang diinginkan. Hal tersebut sependapat
dengan Cowel dan Hazelton dalam Sukintaka
(1998:9) yang menyatakan
bahwa melalui bermain akan terjadi perubahan yang positif
dalam hal jasmani,sosial, mental, dan moral.
Perubahan yang positif dalam
hal jasmani
meliputi pertumbuhan dan perkembangan jasmani yaitu terjadinya arah
pertumbuhan dan perkembangan jasmani yang
baik/proposional, kebugaran jasmani
yaitu terjadinya kemampuan anak dalam
hal meningkatkan
dan mempertahankan
kebugaran jasmaninya, sehat jasmani
dalam arti melalui bermain
anak beraktivitas jasmani
yang merupakan salah satu pemenuhan kebutuhan hidup anak yaitu
gerak yang berakibat sehat
secara fisik bagi anak, selanjutnya
melalui bermain juga memberikan perubahan secara
fisik dalam hal peningkatan kemampuan unsur-unsur
fisik seperti kecepatan,
kekuatan, daya ledak, kelentukan, keseimbangan, kelincahan, daya tahan, ketepatan
dan koordinasi.
Selanjutnya melalui bermain juga membawa perubahan positif dalam hal fisik terutama
kemampuan gerak dasar anak yang
meliputi gerak lokomotor, non
lokomotor, dan manipulatif.
Perubahan positif dalam ranah
sosial melalui aktivitas bermain yaitu
terjadinya kesadaran akan bekerjasama, rasa saling mempercayai, saling menghormati, saling tenggang
rasa, rasa solider, saling
menolong antar anggota untuk berusaha
bersama mencapai suatu
tujuan yang diinginkan. Perubahan secara positif pada faktor moral yaitu bahwa melalui aktivitas
bermain anak-anak dituntut
untuk selalu bertindak jujur, disiplin,
adil, tidak curang,
tanggung jawab, fair play, menghargai
teman atau lawan main,
yang semuanya mengarah kepada perbuatan
atau tingkah laku yang baik,
sehingga dengan kebiasaan semacam itu dapat diduga anak-
anak akan mengalami
perubahan tingkah laku yang
mengarah kepada perbuatan
yang baik berarti anak mengalami perubahan
moral secara positif. Selanjutnya
Hurlock (1978:323) menyatakan mengenai pengaruh
bermain lam dunia anak bahwa bermain mempunyai pengaruh dalam perkembangan
anak, pengaruh tersebut antara lain: dorongan berkomunikasi, penyaluran bagi energi emosional
yang terpendam, sumber belajar, perkembangan
wawasan diri, belajar bermasyarakat, standard moral.
7. Fungsi Bermain Dalam Pendidikan
Sudah sejak lama bahwa bermain itu mempunyai
fungsi yang penting dalam dunia pendidikan secara
umum. Bermain mampu membawa anak
kearah perkembangan kepribadian yang layak. karena bermain mampu mempengaruhi
potensi yang dimiliki siswa secara
positif. Hal ini sejalan dengan Colloza (Sukintaka,1998:6) menyatakan
bahwa bermain betul-betul bagian dari pendidikan. Sedang Frobel dalam Sukintaka
(1998) menyatakan bahwa bermain
itu merupakan
organ kehidupan/unsur kehidupan dan
selalu berperanan sebagai wahana
pendidikan. Bermain merupakan unsure kehidupan berarti setiap ada kehidupan ada kegiatan bermain
yang selalu menyertainya. Melalui bermain anak akan
menemukan kepribadiannya. Frobel menekankan pada
permainan imaginatif, apapun bendanya boleh
digunakan sebagai alat permainan
apa saja menurut imajinasi anak. Dalam hal ini anak benar-benar bebas berimajinasi sehingga
mampu mengembangkan potensi
dirinya. Oleh sebab
itu tidaklah berlebihan bahwa bermain
dikatakan sebagai saran pendidikan dalam arti pengembangan
diri ke arah perilaku yang
positif. Sehubungan pendapat Frobel bahwa bermain bebas berimaginasi, lain halnya dengan Montessori
menyatkan bahwa bermain sebagai sarana untuk
mempelajari fungsi, dalam hal ini bermain harus mendorong
anak untuk mempelajri sesuatu sesuai dengan fungsinya. Sebagai
contoh anak bermain dengan kursi maka hendak anak mampu memahami
dan mengerti serta menerapkan
fungsi kursi tersebut. Tidak boleh
kursi dimainkan sebagai becak atau mobil mogok. Sedang Huizinga berpendapat bahwa bermain itu mempunyai
makna pendidikan praktis (Sukintaka,1998:7).
8. Hubungan Antara Bermain dan Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan
pendidikan melalui
aktivitas jasmani untuk mencapai tujuan pendidikan
secara menyeluruh dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Aktivitas jasmani merupakan gerak manusia yang dipilih oleh para
pakar pendidikan jasmani untuk mencapai
tujuan pendidikan tersebut. Aktivitas jasmani
dapat berbentuk olahraga atau non olahraga. Bermain
juga merupakan salah satu aktivitas
jasmani yang dapat digunakan sebagai
sarana pendidikan jasmani, oleh karena
itu tidak
berlebihan bahwa bermain
merupakan bagian dari pendidikan jasmani.
Dari sudut
pandang ruang lingkupnya maka pendidikan jasmani lebih luas dari pada bermain.
Melalui bermain anak melakukan berbagai
aktivitas jasmani untuk mencapai tujuan
pendidikan jasmani, anak akan mengalami berbagai pengalaman langsung dalam bermain dan membantu
peningkatan berbagai aspek pendidikan seperti kecerdasan, kreativitas, sikap positif,
keterampilan, sportivitas, kejujuran, kegisiplinan dan masih banyak
lagi yang diperolehnya melalui bermain. Dilihat dari tugas dan fungsinya
antara pendidikan jasmani dan bermain,
keduanya memiliki tugas dan
fungsi yang sama yaitu
sama-sama meningkatkan kualitas hidup manusia.
Kualitas hidup ditandai dengan
kepribadian baik yang dimiliki oleh anak-anak.
Menurut Sukintaka (1998:28)
menyatakan bahwa kualitas manusia dapat dikelompokan ke dalam empat aspek pribadi
manusis yaitu: makluk Tuhan, makluk
social, psikis, dan jasmani. Keempat aspek kepribadian ini akan berkembang dengan baik melalui
bermain atau pendidikan jasmani.
Secara umum manusia mempunyai sifat azasi
sebagai makluk individu sekaligus sosial. Kedua sifat ini dapat
dibedakan dalam sikap dan perilakunya
namun tidak dapat dipisahkan dalam diri pribadi manusia, Kehidupan bermasyarakat dibangun
melalui perilaku sosial yang dinyatakan
dalam bentuk kerjasama, menghargai, mempercayai, menghormati, membantu antar individu
yang satu dengan individu lain.
Hasil pembelajaran salah satunnya adalah aspek sosial yaitu terwujudnya
manusia yang mampu bekerjasama dengan orang lain,
bersikap positif, menghargai dan mempercayai, serta
saling membantu
orang lain dalam kehidupan sehari-
hari. Adanya rasa saling (saling dalam arti positif seperti
saling membantu, saling menghargai, saling menghormati, saling
mempercayai, saling membutuhkan, saling berkomunikasi
dan lain
sebagainya) inilah yang mengantarkan manusia mampu
hidup aman , tenteram, dan damai.
Kemampuan sosial anak mengalami
perkembangan dalam kehidupan atau sering disebut
proses sosialisasi. Hal ini
sejalan dengan pendapat Baldwin dalam Sukintaka (1998:32)
yang menyatakan bahwa perkembangan sosial dalam
diri anak merupakan proses sosialisasi dalam bentuk
imitasi atau meniru, yang berlangsung melalui adaptasi
dan seleksi (penyesuaian dan pemilihan).
Sedang Hurlock
(1978:250) menyatakan bahwa proses sosialisasi dalam perkembangan sosial anak melalui belajar berperilaku yang dapat diterima
secara sosial, memainkan peran sosial yang dapat
diterima, dan perkembangan sikap sosial Aspek psikis manusia
tidak dapat tampak
secara nyata seperti pada
aspek fisik, tetapi dapat dilihat
dari gejala yang tampak dalam fisiknya.
9. Hasil Penelitian
Penerapan penguatan pendidikan karakter dalam proses
pembelajaran Pendidikan Jasmani di kelas 5 SD Negeri 82 Rejang Lebong adalah
melalui aktivitas bermain para atli – atlit Nasional dengan nilai – nilai Sportivitas
yang tinggi yang dapat di jadikan
sebagai teladan bagi para peserta didik.
Pembelajaran pertama kali dilakukan di kelas 5 SD Negeri
82 Rejang Lebong. Ketika materi masuk dengan tujuan pembelajaran peserta didik
bisa Melakukan aktivitas bermain dengan sportif, peserta didik mendapatkan
penjelasan tentang bermain yang sportif, serta nilai – nilai karakter yang
baik.
Dengan menggunakan metode saintifik, usai peserta didik
dikumpulkan bersama kelompoknya, pendidik memberikan video aktivitas bermain
bagi atlit yang sportivitas tinggi serta nilai karakter yang baik yang bisa
menjadi inspirasi bagi para peserta didik.
Awalnya peserta didik sebagian besar tidak mengenal nilai
– nilai sportivitas, kejujuran, disiplin, tanggung jawab yang dimiliki para
atlit dalam bermain. Selanjutnya, tanya jawab mengenai keistimewaan para atlit
– atlit serta hal – hal apa atau pelajaran apa yang bisa mereka tiru dan di
terapkan dalam keseharian mereka. Jawaban yang di berikan peserta didik antara
lain, dari atlit – atlit yang dia sudah kenal mereka mendapatkan pelajaran agar
selalu menjadi anak yang jujur menjunjung tinggi sportivitas, menghargai lawan
serta tanggung jawab apapun hasil yang di peroleh, Lalu dari atlit – atlit,
mereka belajar mengenai kesabaran, kepatuhan, kejujuran, tanggung jawab
sportivitas dalam bermain baik menang atau pun kalah dalam bermain.
Setelah masing – masing kelompok mengetahui hal – hal apa
yang bisa mereka teladani, pendidik pun memberikan tugas untuk bermain dalam
aktivitas jasmani. Didalam aktivitas bermain yang dilakukan siswa, harus
berprilaku dengan menjunjung tinggi nilai – nilai sportivitas. Dari hasil
aktivitas bermain dalam pendidikan jasmani yang dilakukan, semua peserta didik
bisa dapat menamkan sikap serta nilai – nilai karakter yang dimiliki para
atlit.
Sementara itu, hasil evaluasi aktivitas bermain dalam
pendidikan jasmani yang di lakukan siswa, secara keseluruhan sudah memenuhi
nilai – nilai karakter yang baik. Ada unsur menjunjung tinggi sportivitas,
kejujuran, disiplin dan tanggung jawab. Namun, harus diakui bahwa masih ada
salah satu siswa masih kurang dalam kejujurannya, meskipun demikian, secara
klasikal pembelajaran pendidikan jasmani melalui aktivitas bermain bisa
dikatakan berhasil karena dari hasil belajar, hanya satu kelompok nilainya di
bawah KKM, Sehunggah 83% nilai siswa mencapai KKM.
Pada pertemuan selanjutnya, aktivitas bermain dalam
pendidikan jasmani ini tidak hanyat dilakukan perkelompok. Masing masing
peserta didik di berikan tugas aktivitas bermain berdasarkan kisah para atlit
yang mereka dapatkan.
Hasil pembelajaran, jika dibandingkan aktivitas bermain
dalam pendidikan jasmani, total siswa lebih mudah menanamkan sikap karakter
yang baik dalam melakukan aktivitas bermain pada pendidikan jasmani. Terlihat
dari hasil belajar, dari 32 siswa di kelas 5, sebanyak 27 siswa atau 84% mampu
menanamkan sikap karakter yang baik dalam aktivitas bermain pada pendidikan
jasmani dengan mencapai KKM, sedangkan hanya 5 siswa atau 16% masih harus
memperbaiki nilai nilai karakter nya.
Dari hasil belajar ini, terhadap siswa yang belum tuntas
diberikan tugas kembali yang harus mereka lakukan hingga bisa mencapai KKM.
SIMPULAN
Bemain merupakan aktivitas jasmani
yang dilakukan
dengan sungguh-sungguh dan sukarela serta
menyenangkan yang sering dilakukan oleh
sebagian besar anak. Dalam pembelajaran pendidikan
jasmani melalui aktivitas bermain mampu membawa
peserta didik untuk
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan atau potensi yang
dimilikinya ke arah positip dalam arti potensi
peserta didik dalam segi
kognitif, afektif, fisik, dan psikomotorik berkembang dengan baik, hal ini berarti
melalui bermain dalam
pendidikan jasmani dapat membentuk pribadi
yang berkarakter baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arma Abdullah
dan Agus Manadji.
1994. Dasar- Dasar Pendidikan Jasmani. Jakarta:
Depdikbud.
Darmiyati Zuchdi. (Ed.). 2011. Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Teori dan Praktik .
Yogyakarta: UNY Press
Hurlock, Elizabeth H. 1978. Perkembangan AnakJilid 1.
Terjemahan. Jakarta: Erlangga
Matakupan. 1993 . Teori Bermain
. Jakarta: Depdikbud
Montolalu, dkk. 2007. Bermain dan Permainan Anak.Jakarta: Universitas Terbuka
Mayke S. Tedjasaputra. 2001. Bermain,Mainan,dan Permainan untuk Pendidikan
Usia Dini.Jakarta: Gramedia
Mitchell, Stephen A. dkk. 2005. Teaching Sport Concepts an Skills A Tactical Games Approach.
USA; Human Kinetics
Nanang Hanafiah
dan Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung:
Refika Aditama
Oemar Hamalik. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Rusli Lutan. 2001. Pembaharuan Pendidikan Jasmani di Indonesia. Jakarta:
Depdiknas
Siedentop, Daryl dkk. 2004. Complete Guide to Sport Education. Ohio: Human Kinetics
Soemitro. 1991. Permainan
Kecil. Jakarta:
Depdikbud
Sukintaka. 1998. Teori Bermain untuk Pendidkan Jasmani. Yogyakarta:
FPOK IKIP
Yoyo Bahagia
dan Adang Suherman. 2000. Prinsip- Prinsip
Pengembangan dan Modifikasi Cabang Olahraga.
Jakarta: Depdiknas
Peraturan Presiden ( Perpres ) Nomor 87 Tahun 2017
Tentang Penguatan Pendidikan Karakter.
PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI AKTIVITAS BERMAIN DALAM PENDIDIKAN JASMANI (Best Practice)
Penulis :
Rudi
Hardi, S.Pd
Guru PJOK SD 82 Rejang Lebong
Kecamatan Padang Ulak Tanding
Post a Comment